Dalam perjalanan bisnisnya, Pandu dan Bhisma yang saat ini berusia 29 tahun, membeli ikan di pusat-pusat produksi perikanan di sejumlah daerah Tanah Air seperti Kepulauan Rote (NTT), Ambon (Maluku) dan Banda Aceh (Aceh).
Ikan segar hasil tangkapan nelayan itu awalnya diproses di pabrik untuk dibekukan atau langsung dibekukan di kapal.
Lalu, keduanya memenuhi permintaan sejumlah kota/kabupaten di Provinsi Jambi, Sumatera Selatan, Jawa Timur hingga Kalimantan.
Pada Agustus ini, setidaknya Pandu dan Bhisma sudah menjalankan bisnisnya kurang lebih satu tahun. Tren semakin positif karena jumlah permintaan pasar selalu lebih tinggi dari pasokan yang diterima dari suplayer.
Dalam setiap bulan, keduanya mampu menjual 100-150 ton ikan dengan omzet Rp 1-2 miliar. Beragam jenis ikan yang dijual seperti ikan layang, ikan kakap, ikan bentong, ikan tongkol abu, ikan tongkol batik, ikan pelagis.
Menurut Pandu, bisnis perikanan ini tak bisa dikatakan gampang karena sangat tergantung dengan cuaca dan musim.
Jenis ikan laut dan jumlahnya sangat tergantung dengan musim. Selain itu, bisnis ini rentan sekali mengalami kerugian karena sangat mengutamakan kualitas barang.