Kalaupun akhirnya bisa mendulang keuntungan, kata Radityo, pendapatannya berkurang hingga sekitar Rp 5 juta di setiap panen. Sebab butuh waktu yang lama untuk panen ketimbang hari-hari biasanya.
"Pada pandemi ini, ayam sudah proses panen, pembeli dan pasar-pasar dibatasi. Sehingga, penyerapan hasil panen ayam susah untuk keluar karena PPKM," ucapnya.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan mengaku paham akan masalah di lapangan seperti lonjakan harga pokok produksi di industri ayam tapi berbarengan dengan harga jual ayam hidup terus menurun.
Kemendag mencatat, harga bibit ayam (DOC) final stock broiler di minggu ketiga Juli 2021 turun 20 persen dibanding bulan lalu, yaitu berkisar Rp 5.225 per kg. Tapi harga itu berada 4,5 persen dari batas bawah penjualan tingkat peternak berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 7 Tahun 2020.
Sedangkan harga pakan ayam broiler minggu ketiga Juli berkisar di Rp 8.025 per kg, naik 0,75 persen dibanding bulan lalu. Harga tersebut berada 10,7 persen di atas harga pakan penyusun struktur harga acuan.
Kenaikan harga pakan itu dipicu oleh meningkatnya bahan baku pakan ternak, baik lokal maupun impor. Harga komoditas jagung sebagai salah satu komponen utama pakan ternak sudah naik dari awal tahun 2021.
Akibat kenaikan harga pakan ternak dan DOC tersebut, maka HPP ayam broiler di tingkat peternak terkerek. Saat ini HPP ayam broiler berada di level Rp 18.890 per kg, atau 4 persen di atas HPP ayam ras di tingkat wajar yaitu Rp 18.125 per kg.
Oleh karena itu pemerintah menugaskan PT Berdikari (Persero) untuk menjual DOC dengan harga yang tak berfluktuasi ke peternak rakyat. Namun dalam pelaksanaannya belum maksimal karena terbatasnya kapasitas perusahaan pelat merah itu.
"PT Berdikari baru bisa menyediakan pasokan DOC dengan harga yang tetap terhadap peternak ayam yang terdaftar di Berdikari, belum menyeluruh karena keterbatasannya," ucap Oke.
ANTARA
Baca: Peternak Ayam Gugat Jokowi dan 2 Menteri, Minta Bayar Ganti Rugi Rp 5,4 T