TEMPO.CO, Boyolali - Sejumlah peternak ayam potong atau broiler di Desa Pusporenggo Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, sangat terpukul akibat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di wilayahnya. Selain itu gerakan "Boyolali di Rumah Saja" setiap hari Minggu juga mempengaruhi penjualan hasil panen dan pengadaan bibit ayam potong.
Salah satu peternak ayam di Desa Pusporenggo, Kecamatan Musuk Boyolali, Radityo Herlambang, bercerita bahwa dengan adanya pemberlakuan sejumlah kegiatan itu, penyerapan hasil panen menurun siginifikan. "Terlebih kegiatan masyarakat seperti hajatan telah dibatasi oleh pemerintah," kata pria berusia 40 tahun ini. "Biaya operasional peternak pun ikut membengkak."
Ia mencontohkan perdagangan ayam potong di daerah itu, khususnya di awal masa PPKM langsung jeblok karena aktivitas pasar dibatasi di hari Minggu. "Penyerapan untuk konsumsi menurun drastis. Di pedagang-pedagang kondisinya lebih sepi."
Padahal selama berjualan, para peternak tetap harus mengeluarkan biaya produksi seperti membeli pulsa listrik yang terus membengkak karena menggunakan mesin blower dengan tenaga listrik di peternakan.
Sebagai gambaran, Radityo memaparkan, peternakan ayamnya sebelum pandemi Covid-19 bisa memanen hingga 9.000 ekor. Panen dilakukan tiap dua hingga tiga hari sekali.
Tapi belakangan, selama pandemi, peternakan ayamnya hanya mampu panen 30 hingga 35 hari sekali. Bahkan, kata dia, kini panen hanya bisa dilakukan 45 hari sekali karena dampak PPKM.
Radityo melanjutkan, para peternak ayam sering kali mengeluhkan keterlambatan pengadaan bibit ayam karena dampak PPKM. "Saya setiap pesan bibit ayam potong, datangnya sering terlambat. Sehingga kandang yang telah dipersiapkan kosong karena anak ayam terlambat datang," ucapnya.