TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia atau Aprindo Roy Nicholas Mandey mengatakan lebih dari 1.500 toko ritel gulung tikar sejak awal pandemi hingga PPKM Darurat darurat saat ini.
“Tahun lalu, sekitar 1.300 toko yang tutup, tiga bulan pertama (tahun ini) 88 toko swalayan yang tutup, kalau ditambah dengan tiga bulan lagi berarti sudah ada 200 toko swalayan yang tutup,” kata Roy dalam konferensi pers virtual Kamis, 22 Juli 2021.
Dia mendetailkan, setiap harinya ada satu hingga dua toko ritel tutup. Roy menuturkan sektor ritel kondisinya lebih tahun ini, ditambah penerapan PPKM Darurat.
Menurutnya, biaya operasional rata-rata setiap satu minimarket dengan biaya franchise sekitar Rp 400 hingga Rp 500 juta. Sementara belum lagi ada biaya investasi supermarket Rp 1 miliar hingga Rp 35 miliar yang akan menambah beban operasional yang lebih besar, termasuk biaya listrik dan operasional pegawai.
Pada kesempatan itu, Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja memperkirakan potensi kehilangan pendapatan mal Rp 5 triliun per bulan di masa PPKM darurat.
"Ada potensi pendapatan yang hilang kurang lebih Rp 5 triliun per bulan," kata Alphonzus.
Jumlah itu terbagi dari seluruh anggota APPBI yang sekitar 350 di seluruh Indonesia. Khusus untuk Jawa dan Bali saja, kata dia, sekitar 250 anggota yang paling terdampak PPKM darurat dan kehilangan pendapatan Rp 3,5 triliun per bulan."Kalau PPKM darurat ini dua bulan, berarti (Rp 5 triliun) di kali dua," ujarnya.
Baca Juga: Aprindo Minta Operasional Ritel Modern Tetap Normal pada PPKM Darurat