Lebih jauh, Srivastava menyatakan keyakinannya bahwa harga batu bara di masa mendatang akan tetap pada level yang jauh melebihi US$ 100 untuk sisa tahun ini.
Bumi Resources sebelumnya dilaporkan membukukan kerugian pada kinerja 2020 akibat pandemi Covid-19. Rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk pada tahun lalu mencapai US$ 338,02 juta, berbanding terbalik dari perolehan tahun sebelumnya yang berhasill mencetak laba sebesar US$ 6,33 juta.
Bahkan perseroan mencatatkan rugi sebelum pajak penghasilan sebesar US$ 322,44 juta atau setara Rp 4,64 triliun dibandingkan dengan rugi sebelum pajak penghasilan pada 2019 sebesar US$ 19,01 juta.
Lebih lanjut, pendapatan perseroan sepanjang tahun lalu juga turun 28,95 persen menjadi US$ 790,44 miliar dengan beban pokok pendapatan sebesar US$ 698,52 miliar. Padahal di tahun 2019 dibandingkan dengan perolehan pada tahun sebelumnya sebesar US$ 1,112,56 miliar dengan beban pokok pendapatan sebesar US$ 1,007,48 miliar.
Sementara itu, jika berdasarkan laporan perseroan sebelum penerapan PSAK 66, BUMI mencatatkan rugi bersih pada 2020 sebesar US$ 338,02 juta, berbanding terbalik dengan tahun sebelumnya yang mencatatkan laba bersih sebesar US$ 6,84 juta.
Sedangkan sebelum penerapan PSAK, Bumi Resources mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 20,91 persen menjadi US$ 3,68 miliar dari tahun sebelumnya yang mencetak pendapatan US$4,65 miliar.
BISNIS
Baca: Emiten Tambang Grup Bakrie Tanggapi Rumor Masuknya Grup Salim