4. Wawancara Eksklusif Bos Garuda Indonesia: Saat Berdiri Bahkan Kami Sholawat
Kondisi keuangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. saat ini sangat jauh dari kata baik-baik saja.
Berdasarkan catatan perseroan saat masa normal atau sebelum pandemi Covid-19, Garuda Indonesia Group menerbangkan 203 pesawat sepanjang 2018. Selama satu tahun, Garuda memiliki frekuensi penerbangan sebanyak 290.113 dengan jumlah total penumpang 38.444.358 orang.
Namun sejak pandemi Covid-19, jumlah penumpang maskapai penerbangan pelat merah itu anjlok drastis sampai 90 persen. Bahkan rata-rata jumlah penumpang pada 2020 hanya 60 persen. Turunnya jumlah penumpang membuat Garuda menanggung beban berat karena anjloknya pendapatan.
Terakhir, Garuda mencatatkan utang mencapai Rp 70 triliun yang jumlahnya bertambah sekitar Rp 1 triliun setiap bulan. Maskapai penerbangan pelat merah ini pun berencana untuk memangkas jumlah pesawat yang saat ini sekitar 140 unit menjadi hanya 70 unit.
Salah satu yang bakal segera dilakukan Garuda adalah memangkas frekuensi penerbangan dalam negeri untuk menekan beban operasional perusahaan. Perseroan akan mengurangi jadwal penerbangan, bahkan di rute-rute favorit seperti Jakarta-Denpasar.
“Misalnya kalau ke Bali kan ada tujuh penerbangan dulu. Terlepas orang ingin ke Bali, itu rasanya kelebihan (kalau tujuh kali penerbangan), ya kami kurangi,” ujar Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra saat ditemui Tempo di kantornya, kompleks Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng, Sabtu, 4 Juni 2021.
Selain mengurangi frekuensi penerbangan rute domestik, Garuda bakal mengkaji ulang rute-rute internasional. Beberapa rute luar negeri disebut-sebut tidak menguntungkan, bahkan membuat perusahaan merugi.
Baca berita selengkapnya di sini.