TEMPO.CO, Jakarta - Langkah Tesla Inc. pada awal tahun ini menambahkan Bitcoin dalam neracanya seketika membuat Elon Musk menjadi pahlawan instan dalam komunitas cryptocurrency.
Namun, belakangan ini, ketika bos mobil listrik tersebut mulai bercuit di Twitter tentang Dogecoin, saat itu pula Elon Musk nampak beralih dari pahlawan menjadi sosok yang sering membuat emosi bagi sebagian banyak orang.
Tepatnya pada Rabu pekan lalu, 12 Mei 2021, ketika Tesla mengumumkan jika perusahaan tidak akan lagi menerima Bitcoin sebagai alat pembayaran karena faktor konsumsi energi. Berikutnya pada Sabtu malam waktu setempat, cuitan Musk soal Dogecoin, dinilai telah benar-benar membuka luka lama soal Bitcoin.
“Idealnya, Doge mempercepat block time 10X, meningkatkan block size 10X dan menurunkan biaya 100X. Kemudian menang telak,” cuit @elonmusk, Sabtu, 15 Mei 2021.
Dikutip dari Bloomberg hari ini, Senin, 17 Mei 2021, pernyataan Elon Musk saat itu sekilas tampak cukup tidak berbahaya. Karena penilaiannya terhadap Dogecoin mengisyaratkan transaksi yang lebih cepat dan lebih murah.
Namun hal tersebut ternyata membuka luka lama soal pertarungan lawas di dunia Bitcoin, khususnya bagaimana mata uang akan berskala. Tepatnya pada periode tahun 2015 hingga 2017, dunia Bitcoin hampir terbelah menjadi dua oleh persaingan visi untuk mata uang.
Satu kelompok, the small blockers, berpendapat bahwa Bitcoin harus menjadi penyimpan nilai yang terdesentralisasi. Meskipun ada konsekuensi akan muncul biaya tinggi dan waktu transaksi yang lambat.
Sementara kelompok lain, yang memiliki lebih banyak dukungan kala itu, ingin Bitcoin berkembang menjadi platform pembayaran yang cepat dan murah. Visi me