Kemudian dua pekan sebelumnya, Bitcoin sempat terpukul oleh kebijakan bank sentral Turki yang melarang jual beli cryptocurrency dan aset kripto. Ada juga sentimen dari laporan online yang menyebutkan bahwa penurunan itu terkait dengan kekhawatiran Departemen Keuangan Amerika akan menindak pencucian uang yang dilakukan melalui aset digital.
Investor saham, Lo Kheng Hong, membagikan pandangan pribadinya terhadap uang kripto sebagai instrumen investasi. Ia mengaku tidak ingin membeli Bitcoin meski ada peluang harganya bisa terus melesat. Sebab, ia yakin bahwa saham adalah pilihan yang paling tepat sebagai alat investasi.
"Saya tidak mau membeli Bitcoin, meskipun dia naik terus. Itu bukan rejeki saya. Itu buat orang lain," kata Lo Kheng Hong seperti dikutip dari video pendek hasil wawancaranya dengan Lukas Setia Atmaja di Instagram @Lukas_setiaatmaja , Jumat, 23 April 2021.
Keyakinannya lebih memilih saham ketimbang uang kripto, seperti Bitcoin, didasari oleh adanya kenaikan harga suatu aset. "Kalau saya membeli saham, ada underlying asset-nya. Ada perusahaannya, ada perusahaan yang bisa produksi, ada aset terlihat," ujar Lo. "Nah, Bitcoin underlying asetnya apa?" Meski demikian, ia tak mempersoalkan pihak-pihak yang tetap membeli uang kripto.
BACA: Hype Uang Kripto, BI Imbau Masyarakat Hati-hati: Kecuali Mau Spekulasi, Silakan
FRANCISCA CHRISTY ROSANA | REUTERS | TIM TEMPO