TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menyebutkan enam Letter of Intent atau LoI yang ditandatangani oleh Indonesia dan Cina berisi kesepakatan untuk menggenjot nilai kontrak perdagangan kedua negara sebesar Rp 20 triliun hingga 2023.
“Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekspor Indonesia ke Tiongkok menjadi US$ 100 miliar pada 2024," kata Lutfi melalui keterangan resmi diterima di Jakarta, Sabtu, 3 April 2021.
Pernyataan Lutfi disampaikan usai menyaksikan penandatanganan LoI antara Indonesia dengan Cina. Penandatanganan tersebut dilakukan oleh importir Cina dan Duta Besar Indonesia untuk Cina dan Mongolia Djauhari Oratmangun, serta Atase Perdagangan Indonesia di RRT.
LoI tersebut mencakup produk sarang burung walet (SBW), buah-buahan, serta produk kayu dan mebel Indonesia dengan nilai kontrak mencapai US$ 1,38 miliar atau senilai Rp 20 triliun untuk kontrak tahun ini hingga 2023.
“Kesepakatan dagang tersebut berasal dari komitmen enam perusahaan Tiongkok yang akan mengimpor produk sarang burung walet, buah tropis khususnya nanas, porang, gula aren dan furnitur,” kata Lutfi.
Khusus untuk produk furnitur, menurut Mendag Lutfi, Shandong Jinruyi Group mengungkapkan berminat menanamkan investasi di Indonesia yang diperkirakan bisa menyerap hingga 3.000 tenaga kerja.
Selain kesepakatan perdagangan dan investasi, Mendag Lutfi mengungkapkan, kedua negara sepakat menjajaki kerja sama ekonomi yang lebih dalam dengan melakukan pembaruan dari skema bilateral Economic and Trade Cooperation yang telah terjalin sejak 2011 menjadi Trade and Investment Facility Agreement (TIFA).
Indonesia dan Cina juga sepakat mengoptimalisasi kesepakatan yang telah terjalin seperti dalam skema ASEAN-China FTA dan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP).
ANTARA
Baca: Erick Thohir Tergelitik: 48 Perusahaan Cina Masuk Top 500, RI Cuma 2