TEMPO.CO, Jakarta - Mata uang digital Bitcoin anjlok 1,3 persen menjadi US$ 47.356 atau sekitar Rp 663 juta (asumsi kurs Rp 14.000 per dolar AS) pada hari Sabtu, 13 Februari 2021. Melemahnya Bitcoin terjadi setelah sebelumnya mencapai rekor tertinggi US$ 49.000 atau setara dengan Rp 686 juta pada sehari sebelumnya.
Melemahnya Bitcoin bertolak belakang dengan penguatan nilai tukar dolar AS yang sedikit menguat pada akhir perdagangan kemarin. Dolar AS membaik seiring pulihnya selera risiko yang ditandai dengan penguatan aset ekuitas AS dan kenaikan lanjutan imbal hasil obligasi pemerintah.
Investor juga mengkonsolidasikan keuntungan yang dibuat pada mata uang lain dengan mengorbankan dolar menjelang akhir pekan yang panjang di Amerika Serikat (AS). Kepala Penelitian Investasi di BDSwiss Group Marshall Gittler memperkirakan nilai tukar dolar AS tetap lebih rendah.
"Dolar dianggap sebagai tempat berlindung yang paling aman dan cenderung turun ketika orang tidak mencari tempat berlindung yang aman," kata Gittler. "Dengan pasar reli dan Fed AS bertahan tanpa batas waktu, saya perkirakan dolar digunakan secara luas sebagai mata uang pendanaan, mendorong nilainya turun."
Dalam perdagangan sore, indeks dolar naik 0,1 persen menjadi 90,494 setelah volume melemah di Asia karena Tahun Baru Imlek. Pada minggu ini, indeks melemah 0,6 persen, penurunan minggu pertama dalam tiga minggu - dalam apa yang digambarkan analis ING sebagai 'suasana konsolidatif' di tengah ketidakpastian tentang kecepatan pemulihan ekonomi AS.