Adapun banjir yang sedang terjadi seperti di Karawang dan Semarang, menurut dia, dipicu hal serupa yakni cuaca ekstrem, hujan dengan intensitas lebih dari 150 mm dalam 24 jam.
“Di Semarang, selain kondisi lahan di Semarang yang merupakan dataran rendah, dan endapannya aluvial, serta pengembangan lahan di wilayah Semarang juga menjadi faktor pengontrol,” tutur Dwikorita.
Sementara itu, BMKG juga memantau pola hujan di Pulau Jawa umumnya berdurasi panjang, tapi intensitasnya fluktuatif, bisa naik menjadi hujan lebat dan turun ke sedang, dan berlangsung dalam waktu yang lama.
Dwikorita juga memaparkan salah satu penyebab intensitas hujan yang tinggi selain La Nina, yakni kontribusi dari puncak Angin Monsoon, dan sirkulasi tekanan udara di Utara Australia.
“Secara total kami memprediksi 40-80 persen kenaikan curah hujan bulanan dibandingkan dengan bulan-bulan berikutnya. BMKG hanya memprediksi rawan cuaca ekstrem hampir merata di seluruh Indonesia,” ucap Dwikorita.
BISNIS
Baca: Banjir di Semarang Diduga Akibat Hujan Ekstrem Siklus 50 Tahunan, Apa Kata BMKG?