“Kenaikan harga energi akan kembali meningkatkan kinerja ekspor Indonesia, terutama batu bara yang memiliki kontribusi relatif besar terhadap total ekspor,” lanjutnya.
Ekspor bahan bakar mineral RI memang terkoreksi akibat harga yang turun dan melemahnya permintaan. Data BPS menunjukkan ekspor bahan bakar mineral terkoreksi 25,32 persen sepanjang Januari-Oktober 2020 dengan nilai US$14,03 miliar dengan kontribusi pada total ekspor nonmigas sebesar 11,23 persen.
Permintaan pada produk ekspor RI yang membaik dan harga komoditas yang terjaga diyakini bakal kembali membawa neraca dagang ke posisi surplus. Meskipun impor disebut Oke akan perlahan pulih akibat peningkatan aktivitas industri, dia meyakini ekspor tetap akan tumbuh karena impor sebagian dilakukan untuk bahan baku tujuan ekspor.
“Secara historis defisit neraca perdagangan terjadi karena tingginya defisit sektor migas. Sementara nonmigas selalu surplus,” kata Oke.
Ekspor nonmigas RI sepanjang Januari-November 2020 sendiri terkoreksi 2,18 persen dari US$142,60 miliar pada tahun lalu menjadi US$139,49 miliar. Namun capaian ini telah melampaui target ekspor nonmigas yang direvisi pemerintah yang dipatok US$130 miliar untuk tahun ini.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo pun sebelumnya menyampaikan bahwa kinerja ekspor akan menjadi salah sumber pertumbuhan ekonomi RI hingga 4,8 persen sampai 5,8 persen pada 2021. Dia mengatakan kinerja ini akan didorong oleh pertumbuhan ekonomi mitra dagang utama seperti China yang diperkirakan tumbuh 7,8 persen dan Amerika Serikat yang diprediksi naik 4,3 persen.
Baca: Indonesia Ekspor Ratusan Domba Hidup ke Brunei Darussalam