Saat memaparkan kinerja di depan Komisi BUMN Dewan Perwakilan Rakyat pada Mei lalu, Direktur PT ASDP, Ira Puspadewi, mengatakan manajemennya sempat menyusun skenario risiko bisnis, dengan perkiraan kerugian terendah sebesar Rp 68 miliar bila pandemi selesai pada Mei 2020, serta proyeksi kerugian terburuk hingga Rp 478 miliar bila kondisi berlanjut hingga akhir tahun.
Meski belum ada paparan kinerja terbaru, Hadi mengatakan kenaikan arus pengguna jasa pun terjadi di segmen kendaraan barang. Trennya tumbuh 3,1 persen pada Juni-Oktober 2020, setelah sempat turun hampir 10 persen karena sepinya distribusi barang. “Asumsi kami mulai ramai lagi karena pabrik mulai beroperasi,” katanya.
Hal itu diakui Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia, Zaldy Ilham Masita. Menurut dia, distribusi logistik di jalur darat meningkat hingga 30 persen selama tiga bulan terakhir. Jenis kargo umum, mulai dari buah dan sayuran, bahkan alat elektronik, banyak diangkut melalui truk. “Kalau penggunaan truk meningkat otomatis berimbas ke feri penyeberangan,” ujarnya kepada Tempo.
Bahkan, dia menambahkan, pengiriman kargo ekspress dari Jawa ke Bali dan pulau-pulau kawasan timur Indonesia turut menggunakan feri, bukannya pesawat. “Kalau jarak pendek bisa cepat, service express banyak yang 2-3 hari.”
Sekretaris Perusahaan PT ASDP (Persero), Shelvy Arifin, mengatakan perseroannya masih berpeluang menyambut lonjakan penumpang pada liburan akhir tahun.