Hingga semester 1 2020 Bank Mandiri mencatatkan pertumbuhan kredit tipis sebesar 4 persen dari Rp 835,11 triliun menjadi Rp 871,66 triliun. Penyaluran kredit utamanya diberikan kepada segmen korporasi mencapai Rp 326,2 triliun, disusul komersial Rp 140,4 triliun, konsumer Rp 90 triliun, dan UMKM Rp 49,9 triliun.
Darmawan melanjutkan untuk menjaga pertumbuhan kredit tetap berkualitas, Bank Mandiri akan terus menjaga tingkat rasio kredit bermasalah (NPL) tetap rendah, setelah pada akhir Juni lalu posisinya memburuk dari 2.59 persen ke 3,28 persen. “Kami akan terus menjalankan program restrukturisasi seperti arahan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di masa pandemi Covid-19.”
Terakhir, perseroan berkomitmen untuk terus meningkatkan investasinya di bidang teknologi digital untuk mendorong efisiensi dan memperkuat layanan perbankan dalam rangka memenuhi kebutuhan transaksi nasabah.
“Kami akan melakukan terobosan-terobosan bekerja sama dengan berbagai fintech dan penyedia jasa keuangan lainnya,” ujar Darmawan. Terlebih, layanan transaksi nasabah ritel berpotensi menyumbang peningkatan porsi pendapatan berbasis komisi (fee based income) perseroan.
Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Aviliani mengungkapkan salah satu indikator kinerja yang harus dipantau ketat oleh Bank Mandiri agar tak menggerus performa di tengah pandemi yang berkepanjangan adalah tingkat NPL.