Selain profit, saat ini bank juga menilai penting untuk menjaga likuiditas lantaran belum ada kepastian tekanan dan dampak akibat pandemi Covid-19 akan berakhir. Jika likuiditas terjaga, bank akan mudah untuk melakukan pemulihan ketika pandemi mereda.
BCA, kata Hera, juga senantiasa melakukan stress test dengan berbagai skenario. Hasilnya, posisi likuiditas dan permodalan BCA dan anak perusahaan cukup memadai dalam mengantisipasi kerugian dari potensi risiko-risiko yang dihadapi. "Berdasarkan skenario-skenario yang disusun," katanya.
Bank Indonesia sebelumnya menyatakan uang yang ada di perbankan Indonesia atau likuiditas berada dalam situasi yang mencukupi, meski di tengah kondisi pandemi Covid-19. Namun, uang tersebut tidak mengalir ke para debitur untuk memacu kegiatan perekonomian.
"Ini ada sesuatu, harus dilakukan breaktrough, tidak bisa business as usual, karena market mechanism tidak berjalan," kata Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti dalam diskusi online di Jakarta, Senin, 20 Juli 2020.
Dari catatan BI, CAR perbankan mencapai 22,14 persen. Angka ini berada di atas batas minimal yang hanya 8 persen.
Likuiditas perbankan, kata Destry, juga dalam posisi yang sangat baik. Alat likuid atau liquid assets dibanding Dana Pihak Ketiga (DPK) berada di posisi 25,79 persen.
Posisi ini di jatuh di atas batas minimal yang hanya 10 persen. Posisisnya pun melonjak drastis dari posisi terendah pada Oktober 2019 yang hanya sekitar 18,5 persen.
BISNIS | FAJAR PEBRIANTO
Baca: Bos BCA Cerita Sempat Buka 7 Outlet di Luar Negeri, Rugi dan Akhirnya Tutup