TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) Jahja Setiaatmadja optimistis pihaknya tak perlu menambah modal selain dari profit dalam waktu dekat ini. Kebijakan itu diambil meski BCA mencatat ada penurunan rasio kecukupan modal (CAR) dan kenaikan rasio kredit bermasalah (NPL) per Juni 2020 lalu.
Jahja menjelaskan, modal BCA saat ini sebesar Rp 150 triliun dengan laba tahun lalu mencapai Rp 25 triliun. Selama BCA mampu membukukan laba, peningkatan NPL diyakini tidak akan menggerus CAR.
Bahkan, ketika NPL BCA naik per semester I tahun 2020 lalu, BCA dapat meraup laba hingga Rp 12,24 triliun. Walaupun angka itu menurun 4,8 persen dibandingkan periode serupa tahun 2019.
"Selama (masih) profit kan modal bertambah terus, tidak perlu nambah modal selain dari profit," kata Jahja, Selasa, 6 Oktober 2020.
Adapun CAR BCA per semester I tahun 2020 adalah sebesar 22,9 persen. Rasio CAR ini menurun 0,7 persen dibandingkan posisi semester I/2019.
Sementara itu, rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) per semester I/2020 di BCA juga naik dari 1,4 persen (gross) per Juni 2019 menjadi 2,1 persen (gross) per Juni 2020.
Executive Vice President Secretariat & Corporate Communication BCA, Hera F Haryn, menambahkan, BCA melihat bahwa permodalan industri perbankan saat ini masih sangat tebal. BCA juga diyakini masih kuat menghadapi tantangan tahun ini, terutama resesi, kendati kredit dan laba diperkirakan masih mengalami penurunan tahun ini.