"Kalau tidak teralisasi semua, bisa di-carry over tahun depan, kalau realisasinya belum semuanya," kata Perry.
Perry mengatakan, skema burden sharing ini juga akan berdampak pada neraca keuangan BI. Tahun depan, diperkirakan BI akan mengalami defisit hingga Rp21 triliun.
"Kami laporkan di mana memang dari prognosa sampai Agustus, tahun depan BI akan mengalami defisit Rp21 triliun dari surplus tahun ini yang relatif besar," kata dia.
Namun demikian, Perry mengatakan tingkat inflasi saat ini masih sangat rendah. Di samping itu, tren suku bunga global masih terus menurun. Oleh karenanya, BI akan melakukan efisiensi operasi moneter.
"Kalau inflasi rendah, ada ruang suku bunga, tapi masalah stabilitas nilai tukar perlu kita jaga. Kami pandang jalur kuantitas bisa lebih besar," katanya.