TEMPO.CO, Jakarta - Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro memproyeksi pertumbuhan kredit pada tahun ini akan berada pada level 1,5 persen dengan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh lebih tinggi yakni sebesar 8,3 persen.
Menurutnya, dengan kondisi tersebut, likuiditas perbankan tidak akan menjadi persoalan. "Liquidity is not an issue tahun ini dan tahun depan, karena banyaknya DPK yang ditaruh di perbankan dan weak demand untuk loan memang masih terjadi," katanya dalam media gathering virtual tentang Economic Outlook Triwulan III/2020, Kamis, 24 September 2020.
Loan to deposit ratio (LDR) akan berada pada kisaran 85 persen sampai 87 persen. Bahkan, katanya, likuiditas tidak akan menjadi persoalan hingga 2021.
Pertumbuhan kredit yang rendah terutama disebabkan oleh lemahnya permintaan. Di sisi lain rasio kredit bermasalah atau NPL meningkat antara 3,5-4 persen, namun peningkatan ini dapat diredam karena stimulus Pemerintah dan OJK.
Andry Asmoro menilai DPK terus bertumbuh karena berkaitan dengan kepercayaan masyarakat. Hal ini terlihat dalam tujuh bulan saja dilakukan pembatasan sosial, data LPS menunjukkan simpanan di atas Rp 5 miliar telah meningkat menjadi Rp 225,9 triliun atau naik 95,76 persen dibandingkan posisi akhir 2019 (year to date/YTD) yang senilai Rp115,4 triliun.
Adapun ketika pembatasan sosial dilonggarkan, lanjutnya, kepercayaan masyarakat meningkat yang pada akhirnya meningkatkan spending indeks. Namun, ketika pembatasan sosial kembali diperketat, spending indeks kembali mendatar.
"Artinya dengan bangun confidence lebih baik lewat perbaikan penanganan Covid-19, ini akan bisa alihkan dana masyarakat ke investasi ataupun ekspansi usaha," katanya.
BISNIS