“Per 12 Agustus produksi Banyu Urip sudah mencapai 228 ribu BOPD (barel minyak per hari). Kami sedang mengupayakan kemampuan lifting agar dapat mengakomodir kenaikan produksi tersebut. Kami bersama EMCL juga mengusahakan agar planned shutdown yang dilakukan di September ini dapat dilakukan secara optimasi, sekitar 9 hari,” ucap Susana.
Strategi kedua ialah melakukan akselerasi sebelas sumur pengeboran di Wilayah Kerja Rokan pada Kuartal IV 2020. SKK Migas saat ini mengusahakan agar Head of Agreement antara Chevron Pacific Indonesia dan SKK Migas dapat segera diselesaikan sebagai dasar pelaksanaan kegiatan pengeboran tersebut.
Adapun strategi yang ketiga ialah optimasi pelaksanaan rencana kerja KKKS Pertamina EP. Susana berujar langkah itu perlu direalisasikan karena kontribusinya sangat berarti pada capaian target. “Kami berharap agar Pertamina EP dapat merealisasi semua program yang direncanakan di sisa tahun 2020”, ujarnya.
Untuk strategi keempat, SKK Migas dan beberapa KKKS juga menyiapkan langkah-langkah agar dapat mengeksekusi komitmen program kerja, antara lain bersama KKKS PT Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu untuk melakukan 13 sumur yang belum dibor, KKKS Odira Karang Agung untuk melakukan 3 work over, dan KKKS Camar Resource Canada untuk melakukan reaktifasi platform.
Strategi kelima adalah melakukan optimasi penyerapan offtaker gas. “Sejak Juli 2020 serapan gas mulai meningkat akibat menggeliatnya kembali perekonomian. Momentum ini akan jajaki agar para buyer dapat menyerap gas sesuai dengan kontrak yang ada," ujar Susana.