Pada level nasional, Sri Mulyani mengatakan kesenjangan kapasitas tersebut pada umumnya terletak pada kapasitas sistem pemantauan pandemi yang belum kuat, sistem kesehatan yang terbatas, koordinasi antarlembaga yang belum efektif, dan komunikasi publik yang belum optimal. Sedangkan pada level global, kesenjangan kapasitas mencakup pada kemampuan untuk melakukan proses pemantauan and pencegahan yang terbatas, kapasitas sistem kesehatan dan rantai pasok yang masih lemah, koordinasi kepemimpinan global yang belum optimal dan riset dan pengembangan yang belum kuat.
Karena itu, Sri Mulyani menilai peran G20 bersama lembaga pembangunan multilateral dan organisasi internasional, termasuk WHO, sangat penting dalam upaya mengendalikan Covid-19 dan mendorong pemulihan perekonomian global.
Para Menteri Keuangan dan Menteri Kesehatan G20 menegaskan pentingnya prinsip adil, merata dan terjangkau bagi semua negara di dunia atas akses terhadap peralatan medis dan obat-obatan yang dibutuhkan, termasuk vaksin Covid-19. Dalam mendukung hal tersebut, G20 mendorong aksi global melalui inisiatif Covid-19 Tools Accelerator (ACT-A) dan COVAX Facility, serta mendukung voluntary licensing of intellectual property.
Sementara itu, lembaga pembangunan multilateral didorong untuk meningkatkan dukungan mereka bagi pemenuhan kebutuhan pembiayaan bagi negara-negara yang membutuhkan. Negara-negara G20 akan melanjutkan implementasi kebijakan untuk melindungi nyawa, menjaga lapangan pekerjaan dan pendapatan, mendukung pemulihan ekonomi global, serta meningkatkan ketahanan sistem kesehatan dan sistem keuangan.
Baca juga: 4 Poin Kerja Sama Infrastruktur Sri Mulyani dan Menkeu AS