Zulfikri mengakui pandemi telah memberikan dampak besar bagi industri jasa. Dia memaparkan, meski jumlah penumpang kereta api telah meningkat sejak Agustus, tren okupansi per perjalanan masih minim, yakni tak mencapai 47 persen untuk angkutan jarak jauh dan lokal.
“Jumlah penumpang masih di sekitar 60 ribu. Bahkan menjelang September semakin menurun jumlahnya meski perjalanan ditambah,” katanya. Ia mengungkapkan, jumlah penambahan perjalanan tak cukup mampu mendongkrak okupansi di masa pandemi.
Kondisi yang sama juga terjadi untuk kereta rel listrik atau KRL Jabodetabek. Menurut Zulfikri, grafik penumpang KRL per hari hanya 400 ribu. Di saat yang sama, pemerintah memang membatasi kapasitas penumpang KRL maksimal 45 persen per perjalanan atau 74 orang per gerbong.
Jumlah ini jauh lebih kecil dari hari-hari normal. Sebelum pandemi, jumlah penumpang KRL per hari bisa mencapai 1 juta orang.
Baca: Kontrak Gerbong Kereta Inka Rp 3,5 T Berlanjut Meski Pengiriman Ditunda