Tantangan lainnya, menurut Sri Mulyani, adalah banyaknya menteri baru di kabinet. Ia berujar tidak semua menteri mengetahui sistem birokrasi, kebijakan, maupun dokumen anggaran. Bahkan beberapa menteri benar-benar baru dan belum pernah bekerja di pemerintahan.
Sementara, saat Covid-19 menghantam, para menteri harus mengubah anggarannya, misalnya dipotong atau direalokasi. "Itu menjadi tantangan yang harus ditangani, sementara juga kita harus bekerja dari rumah," kata Sri Mulyani. "Jadi ini betul-betul seperti tantangan yang sangat menguji pemerintahan di seluruh dunia, hampir semua negara mengalaminya."
Ia mengatakan dalam kondisi ini semua menteri harus melihat secara mikro dan detail mengenai program dan anggarannya, mengetahui apa yang dilakukan dan mau menyalurkannya ke mana, serta menyalurkannya sesegera mungkin.
Hingga 6 Agustus 2020, realisasi anggaran Pemulihan Ekonomi Nasional baru mencapai Rp 151,25 triliun atau 21,8 persen dari keseluruhan pagu anggaran Rp 695,2 triliun. Masalah penyerapan anggaran sempat menjadi sumber kemarahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi kepada para menterinya. Jokowi meminta jajarannya untuk bisa memacu penyerapan anggaran tersebut.
Baca juga: Cegah Stres, Sri Mulyani Baca Buku Agama hingga Nyanyi Lagu Didi Kempot