TEMPO.CO, Jakarta - Fary Djemi Francis mengaku telah menyiapkan sedikitnya tiga strategi dalam membenahi PT Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Persero) atau PT Asabri. Ketiga strategi itu disampaikan setelah ia resmi ditunjuk sebagai sebagai komisaris utama Asabri oleh Menteri BUMN Erick Thohir.
"Secara pribadi saya mau sampaikan terima kasih atas amanah dan kepercayaan ini. Tetapi ditunjuknya saya sebagai Komisaris Utama PT Asabri adalah sebuah challenge atau tantangan tersendiri bagi saya," kata Fary saat dihubungi, Kamis, 30 Juli 2020.
Politikus Partai Gerindra yang juga mantan ketua komisi V Dewan Perwakilan Rakyat ini lalu menjelaskan tiga strateginya tersebut.
1. Menempatkan Investasi di Instrumen yang Lebih Moderat - Konservatif
Untuk mencegah terulangnya kinerja portofolio yang jeblok, Fary menyebutkan Asabri nantinya akan menempatkan dana investasi di instrumen yang lebih moderat dan cenderung konservatif, misalnya di saham-saham bluechip.
"Secara teknis hal yang dilakukan adalah membentuk tim advisor (penasihat) bidang investasi yang akan memberi masukan kepada direksi dan dewan komisaris," ujar Fary.
2. Meningkatkan Kepatuhan terhadap Aturan di Bidang Asuransi
Fary menyatakan, salah satu yang didorong perusahaan adalah agar meningkatkan kepatuhan terhadap aturan di bidang asuransi, lalu memperbaiki tata kelola perusahaan dan membuat SOP investasi yang akuntabel. Hal ini ditempuh melalui strategi penguatan komite audit, komite pengelolaan risiko, dan komite tata kelola perusahaan.
3. Memastikan Asabri Kooperatif dengan Lembaga Pengawas Eksternal
Yang tak kalah penting, menurut Fary, adalah Asabri harus lebih kooperatif dengan lembaga pengawas eksternal seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Badan Pemeriksa Keuangan, Kemenkeu dan lembaga pengawas lainnya. Strategi pemenuhannya dilakukan melalui compliance dengan aturan dari lembaga pengawas.
Lebih jauh Fary mengaku menjadi Komisaris Utama Asabri adalah sebuah tantangan tersendiri bagi dirinya. Sebab, saat ini perusahaan tersebut sedang dililit berbagai persoalan dan kehilangan kepercayaan di mata publik dan dunia asuransi.