Harga batubara juga tak kunjung membaik sepanjang tahun ini. Harga Acuan Batubara (HBA) pada Juni dan Juli berada di level US$ 50 dolar per metrik ton. Ketua Umum APBI Pandu Sjahrir menyatakan perlu ada pemotongan produksi hingga 50 juta ton untuk mengendalikan harga di pasar dari target produksi tahun ini yang sebesar 595 juta ton.
"Dengan kondisi permintaan yang masih belum membaik, para produsen besar anggota APBI telah berencana memotong produksi 15-20 persen dari rencana awal," katanya.
Namun kebijakan tersebut nampaknya tak menarik bagi PT Bumi Resources Tbk. Direktur dan Sekretaris Perusahaan emiten berkode BUMI itu, Dileep Srivastava, menyatakan perusahaan tak berniat menurunkan target produksi. "Tidak ada perubahan panduan produksi tahun ini," ujarnya.
BUMI menargetkan produksi sebanyak 85 juta hingga 90 juta ton tahun ini. Dileep menyatakan produksi anak usahanya yaitu PT Kaltim Prima Coal tetap di kisaran 60-65 juta ton sementara PT Arutmin Indonesia sebanyak 28-30 juta ton.
Direktur Pembinaan Pengusahaan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Sujatmiko menyatakan volume ekspor batubara hingga Mei 2020 turun 10 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Angkanya turun dari 193,82 juta ton menjadi 175,15 juta ton. Sementara nilainya turun 18 persen dari US$ 9,46 miliar menjadi US$ 7,77 miliar.
Kondisi tersebut mendorong pemerintah untuk membantu pengusaha menjajaki pasar ekspor baru. Sujatmiko menuturkan pihaknya telah mencoba kerja sama dengan Kedutaan Besar Indonesia yang berada di Bangladesh, Brunei Darussalam, serta Srilanka. "Kami akan G to G, semacam investor promotion," ujarnya.
VINDRY FLORENTIN