TEMPO.CO, Jakarta - Pengusaha batu bara menggali peluang ekspor baru di pasar-pasar non tradisional di kawasan Asia. Penjajakan secara mandiri hingga yang melibatkan pemerintah gencar dilakukan terutama sejak pandemi terjadi.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia menyatakan pasar non tradisional menjadi target lantaran sejumlah negara besar seperti Jepang, Korea Selatan, hingga Cina mulai mengurangi penggunaan batubara secara perlahan.
"Sementara di negara berkembang pasti sedang berupaya meningkatkan elektifikasinya dengan energi murah. Batubara adalah sumber energi termurah," katanya kepada Tempo, Kamis 9 Juli 2020.
Negara tujuan ekspor yang masuk dalam radar para pengusaha itu antara lain Vietnam. Hendra menuturkan selama ini Indonesia telah menyuplai batu bara ke negara tersebut, namun jumlahnya masih rendah. Selama 2019, ekspor batub ara ke Vietnam sebanyak 14,9 metrik ton atau hanya 4 persen dari total ekspor pada tahun tersebut.
Asosiasi berharap ada tambahan permintaan dari negara tersbebut. Tahun lalu pengusaha melakukan penjajakan dengan menggandeng Kedutaan Besar Indonesia di Hanoi. Mereka menggelar Coal Forum yang dihadiri puluhan eksportir Indonesia dan pengguna batu bara asal Vietnam. "Jumat pekan lalu, kami juga webinar dengan Duta Besar Indonesia untuk Vietnam dengan beberapa perusahaan setempat," katanya.
Selain Vietnam, pengusaha juga mengincar peluang di Pakistan. Penjajakan telah dilakukan dengan delegasi pebisnis asal negara tersebut saat mereka bertandang menemui APBI. Bangladesh, Taiwan, hingga Srilanka pun menjadi sasaran.
Hendra berharap dapat menjalin kerja sama dengan negara-negara tersebut untuk membantu penyerapan produksi nasional. Sejak Covid-19 merebak, permintaan global menurun terutama usai karantina wilayah di Cina, India, dan Filipina. "Ekspor batu bara termal Indonesia paling merasakan dampaknya mengingat sekitar 65 persen dari ekspor Indonesia adalah di tiga negara tersebut," ujarya.