TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir memotong belanja modal atau capital expenditure (capex) di PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN. Jumlahnya mencapai hampir Rp 39 triliun.
“Kami mengurangi capex dan opex yang tidak perlu,” kata Erick dalam acara Indonesia Moving Forward pada Rabu, 20 Mei 2020.
Angka Rp 39 triliun ini mencapai 43 persen dari alokasi belanja modal yang ditetapkan PLN tahun ini. Awal Maret 2020, PLN telah mengumumkan alokasi belanja Rp 90 triliun untuk membangun infrastruktur listrik seperti transmisi dan pembangkit listrik tambahan.
Pemotongan capex dan opex (operational expenditure) ini adalah salah satu strategi restrukturisasi BUMN, terutama di masa Covid-19 ini. Strategi lain yaitu melakukan konsolidasi, merger, dan rasionalisasi BUMN, hingga restrukturisasi utang BUMN.
Holding BUMN Tambang PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau MIND ID adalah salah satu yang sudah melakukannya. Mereka mencetak utang baru berbunga lebih rendah dengan menerbitkan global bond. Sebagian besar uangnya akan digunakan untuk membayar utang lama jatuh tempo, alias gali lubang tutup lubang.
Salah satunya sudah dilakukan PT Garuda Indonesia (Persero). Kemarin, perusahaan ini mengumumkan bahwa mereka telah mengajukan surat permintaan ke Singapura Exchange untuk memperpanjang tenor pelunasan global sukuk senilai US$ 500 juta hingga tiga tahun mendatang. Utang ini jatuh Tempo pada 3 Juni 2020.
Erick mengatakan upaya ini akan terus dilakukan di tengah Covid-19 ini. Sampai hari ini, program restrukturisasi semacam ini telah dijalankan untuk US$ 3,6 miliar utang BUMN. “Ini kesempatan yang kami lakukan, memang tidak mudah, tidak semua BUMN masuk kategori yang baik,” kata dia.
FAJAR PEBRIANTO