TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif mengatakan pemerintah masih belum menurunkan harga BBM lantaran berbagai pertimbangan. Salah satunya adalah kondisi harga minyak mentah yang belakangan ini masih berfluktuasi.
"Pemerintah masih menjaga harga tetap karena harga minyak dunia dan kurs masih tidak stabil serta dapat turun," ujar Arifin dalam rapat bersama dengan Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat, Senin, 4 Mei 2020.
Saat ini, harga minyak brent terpantau pada level US$ 25,96 per barel, sementara minyak mentah WTI US$ 18,37 per barel. Sedangkan, berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate, nilai tukar rupiah pada 4 Mei 2020 berada pada Rp 15.073 per dolar AS.
Arifin mengatakan masih memantau kondisi anjloknya harga minyak saat ini. Biasanya, meskipun harga minyak mentah kerap anjlok setiap ada krisis, dalam tiga bulan kondisi bisa kembali normal.
Kondisi tersebut terjadi, misalnya, saat krisis 2008 lalu. Kala itu, harga minyak mentah anjlok ke US$ 38 per barel. Namun, tidak lama kemudian harga naik ke US$ 70 per barel. Kondisi serupa terjadi saat krisis Iran 2019 lalu yang harganya bisa pulih dalam kisaran tiga bulan.
Saat ini, harga minyak mentah anjlok lantaran beberapa faktor, antara lain perang harga antara produsen minyak, ditambah dengan rendahnya permintaan minyak dunia akibat wabah Virus Corona alias COVID-19. "Bahkan WTI sampai minus karena enggak ada demand dan storage penuh. Ini hanya terjadi lonjakan sementara dan bisa stabil lagi," kata Arifin.
Belakangan, rapat OPEC yang diikuti juga oleh perwakilan negara G-20 telah menyepakati penurunan kapasitas produksi sebesar 9,7 juta barel per hari mulai Mei sampai Juni 2020, sementara pada Juli hingga Desember 2020 direncanakan pemangkasan hampir 8 juta barel per hari, serta pemotongan 6 juta barel per hari pada 2021-2022. "Jadi kami masih monitor kesepakatan penurunan itu terutama yang 9,7 juta barel yang berlaku Mei," kata Arifin.
Di sisi lain, Arifin mengatakan harga bahan bakar minyak umum di Tanah Air sudah turun dua kali pada tahun ini. Sehingga, kondisi tersebut menjadi salah satu pertimbangan pemerintah mempertahankan harga BBM di tengah anjloknya harga minyak belakangan ini.
"Harga Jenis BBM Umum (JBU) telah mengalami penurunan sebanyak 2 kali di tahun 2020 pada bulan Januari dan Februari, dengan tingkat penurunan yang cukup signifikan," ujar Arifin.
Pada Januari 2020, Arifin mengatakan penurunan harga berkisar Rp 300 - Rp 1.750 per liter. Penurunan itu terjadi pada produk bensi RON 92, RON 95, RON 98, serta Solar CN 48 dan CN 51. Penurunan juga terjadi pada Februari dengan nilai kisaran Rp 50 - Rp 300 per liter. Kala itu, koreksi harga terjadi hanya untuk bensin RON 92, RON 95, dan RON 98.
"Pada Februari dilakukan penurunan karena sudah ada indikasi indeks gasoline yang bergerak turun," kata Arifin. Di samping itu, Arifin mengklaim harga BBM di Indonesia masih termasuk salah satu yang termurah dibanding dengan beberapa negara di ASEAN.
Berdasarkan pantauan Kementerian ESDM pada bulan April, harga bensin rata-rata Indonesia berada pada peringkat empat terendah dari sembilan negara. Harga bensin di Indonesia Indonesia tercatat masih lebih mahal dari Vietnam, Myanmar, dan Malaysia. Sementara pada solar, harga Indonesia tergolong tinggi dan berada di peringkat tiga tertinggi. Harga solar termahal terdapat di Singapura dan Laos.
CAESAR AKBAR