TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Perindustrian fokus memacu pengembangan industri makanan dan minuman agar terus memiliki kinerja yang gemilang. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan industri makanan dan minuman menjadi sektor andalan karena mampu memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian nasional, baik itu melalui peningkatan investasi, penyerapan tenaga kerja, maupun capaian nilai ekspor.
“Oleh karena itu, pemerintah telah menetapkan industri mamin menjadi salah satu dari lima sektor manufaktur yang diprioritaskan pengembangannya sesuai peta jalan Making Indonesia 4.0. Melalui implementasi industri 4.0 ini, diharapkan industri mamin kita lebih berdaya saing hingga kancah global,” kata Agus Gumiwang dalam keterangan tertulis, Ahad, 26 Januari 2020.
Dia mengatakan industri makanan dan minuman berperan penting terhadap pemerataan usaha di Tanah Air. Sektor strategis itu, kata dia, didominasi para pelaku usaha yang sebagian banyak adalah berskala industri kecil dan menengah.
“Dengan teknologi digital sebagai penopang utamanya pada proses produksi, kami meyakini akan dapat meningkatkan produktivitas secara efisien dan menciptakan inovasi di sektor industri," ujarnya.
Guna mencapai sasaran itu khususnya bagi industri makanan dan minuman, Kemenperin bersama Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) tengah mendorong pembangunan innovation center. Dengan adanya pusat inovasi tersebut, para pelaku industri makanan dan minuman di dalam negeri termasuk sektor IKM, diharapkan memanfaatkan pengembangan teknologi modern sehingga produk yang dihasilkan bisa kompetitif di pasar domestik dan mampu mengisi kebutuhan ekspor.
"Apalagi, pemerintah telah menyiapkan insentif super deduction tax bagi perusahaan yang ingin mengembangkan inovasi," kata dia.
Berdasarkan data Kemenperin, produk makanan dan minuman Indonesia mampu mencatatkan nilai ekspor tertinggi di kelompok manufaktur, dengan capaian US$ 27,28 miliar sepanjang 2019.
Selain itu, industri makanan dan minuman juga sebagai penyetor terbesar terhadap nilai investasi pada periode Januari-September 2019 di angka Rp 41,43 triliun. Selanjutnya, industri makanan dan minuman menyerap paling banyak tenaga kerja di sektor manufaktur dengan jumlah 4,74 juta orang hingga Agustus 2019.
Dalam kesempatannya menghadiri pertemuan tahunan World Economic Forum (WEF) 2020 di Davos, Swiss, Agus aktif melakukan one on one meeting dengan para investor potensial, termasuk di sektor industri mamin. Salah satunya adalah dengan pihak Nestlé.
“Kami bertemu dengan beberapa pelaku industri, untuk memastikan bahwa yang sudah beroperasi di Indonesia masih nyaman dan diharapkan bisa meningkatkan investasinya. Selain itu, yang akan memulai investasi baru, bisa segera terealisasi,” kata dia.
Agus menyebutkan, ada sejumlah sektor industri yang telah beroperasi di Tanah Air, akan melakukan perluasan usaha atau ekspansi. “Oleh karenanya, kami harus mengawal dan memastikan bahwa rencana mereka untuk investasi bisa benar-benar terlaksana, dan kalau ada kendala bisa cepat diselesaikan,” kata Agus.
Misalnya, PT Nestlé Indonesia, yang pada 2019 berkomitmen menanamkan modalnya sebesar US$ 100 juta untuk memperluas kapasitas produksinya di tiga pabrik yang dimilikinya. Melalui rencana ekspansi tersebut, kapasitas produksi PT Nestlé di Indonesia bakal meningkat sebesar 25 persen dari 620.000 ton menjadi 775 ribu ton per tahun.
HENDARTYO HANGGI