“Untuk penyerap kredit dominan kami melihat sektor manufaktur, infrastruktur, konstruksi, dan pertanian,” kata dia. Sementara itu, perseroan cenderung tak jor-joran dalam mengucurkan kredit untuk sektor usaha berbasis komoditas. “Misalnya untuk sektor tambang pada umumnya kami lebih berhati-hati dalam membiayainya,” ucap Herry.
Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede mengatakan jika melihat tren produk domestik bruto (PDB), sektor lain yang masih solid di tengah perlambatan ekonomi tahun ini adalah sektor informasi dan komunikasi. “Secara rasio kredit macet (NPL), sektor ini masih stabil di kisaran 2 persen, lebih baik dibandingkan NPL secara umum sebesar 2,78 persen,” kata dia.
Vice President Industry and Regional Research Bank Mandiri, Dendi Ramdani menambahkan tren kredit yang melandai ini diproyeksikan berlanjut hingga 2020. “Tahun depan kami perkirakan kredit tumbuh 10,9 persen secara tahunan, atau naik tipis dari proyeksi tahun ini 10,2 persen,” ujarnya. Menurut dia, hal itu tak lepas dari kondisi eksternal yang masih bergejolak dan harga komoditas yang masih belum menanjak.
Sedangkan, tingkat NPL tahun depan diperkirakan berada di posisi 2 persen, atau lebih baik dibandingkan proyeksi akhir 2019 sebesar 2,3 persen. “Trennya NPL akan turun, karena perbankan lebih ketat dalam menyeleksi kredit dan tanggap dalam membereskan kredit bermasalah,” kata Dendi.