TEMPO.CO, Jakarta - Perbankan mulai mengatur ulang strategi penyaluran kredit pasca peringatan Bank Dunia tentang pelemahan ekonomi global yang berpotensi menyebabkan krisis keuangan. Perseteruan dagang antara Cina dan Amerika Serikat yang tak kunjung usai, kian memukul permintaan global, penurunan harga komoditas, dan pelemahan kinerja ekspor.
Pertumbuhan kredit perbankan tercatat mulai melemah pada Juni 2019 ke level 9 persen, setelah di awal tahun sempat menembus 12 persen. Presiden Direktur PT Bank Mayapada International Tbk Hariyono Tjahjarijadi membenarkan jika sinyal pelemahan itu sudah dirasakan perbankan.
“Permintaan kredit melandai sehingga pemberian kredit di bank pun tidak sesuai target dan harapan,” ujar dia kepada Tempo, Kamis 12 September 2019. Dia menuturkan perseroan pun mencoba realistis dalam menetapkan target pertumbuhan kredit di rencana bisnis bank, yaitu sebesar 9-10 persen. Hariyono berujar untuk mengoptimalkan kinerja intermediasi, Bank Mayapada berkomitmen untuk memacu kredit produktif. “Kami memilih sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).”
Strategi senada dilakukan oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Prospek bisnis di sektor riil menjadi semakin ketat, membuat bank harus pintar-pintar mencari sektor usaha pilihan yang masih bergairah. “Tantangan ke depan kemungkinan akan semakin meningkat, dan bank-bank nasional menjadi lebih selektif,” kata Direktur Keuangan Bank Mandiri Panji Irawan. Dia menuturkan beberapa sektor yang masih dijadikan andalan untuk mendapatkan prioritas pendanaan di antaranya adalah sektor jasa kesehatan, infrastruktur, perdagangan, serta pariwisata, dan ekonomi kreatif.
Terakhir, Bank Mandiri mengumumkan telah menyalurkan pembiayaan berskema kredit usaha rakyat (KUR) untuk sektor pariwisata senilai Rp 2,48 triliun hingga semester 1 2019. “Pendanaan ini disalurkan kepada 32.416 pelaku UMKM pariwisata meliputi usaha penyediaan akomodasi, kerajinan souvenir, makanan oleh-oleh khas, restoran, café, dan penyewaan transportasi,” ujar Direktur Retail Banking Bank Mandiri Donsuwan Simatupang.
Wakil Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Herry Sidharta berharap adanya penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia 7 Days Reverse Repo Rate menuju 5,25 persen dapat menjadi pengungkit permintaan kredit.