TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti telah meninjau langsung dampak tumpahan minyak milik PT Pertamina (Persero) di perairan Karawang, Jawa Barat menggunakan helikopter. Dari hasil tinjauannya, Susi mengatakan minyak yang tumpah tersebut tidak menjalar ke seluruh wilayah perairan.
“Saya pikir bercampur airnya jadi hitam, ternyata hanya mengapung, mirip jelly atau agar-agar, atau gelatin,” kata Susi dalam konferensi pers bersama Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati di Kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan atau KKP di Jakarta Pusat, Kamis, 1 Agustus 2019.
Saat ini, kata Susi, sebagian nelayan juga tetap melaut seperti biasa bahkan dengan jarak yang dekat dengan tumpahan minyak. Saat ditanya wartawan berapa banyak nelayan yang terkena dampak, Susi tidak menjelaskan secara gamblang. Menurut Susi, di hari biasa pun, tidak semua nelayan melaut karena faktor ombak dan cuaca. “Dari 1000 lebih petambak, tidak semua juga yang kena, karena di beberapa sungai sudah dipasang penghalang,” kata dia.
Sebelumnya, Insiden gelembung gas dan tumpahan minyak ini awal mulanya terjadi pada 12 Juli 2019, pukul 01.30 WIB ketika Pertamina melakukan kegiatan korporasi muncul gelembung gas. Kejadian ini terjadi di pada sumur YYA-1 area Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) di lepas pantai utara Karawang, Jawa Barat.
"Pada saat melakukan pre-entry di sumur YYA-1 pada kegiatan perforasi muncul gelembung gas di Anjungan YY dan Rig Ensco-67 yang terletak di wilayah operasi offshore ONWJ," kata Direktur Hulu Pertamina Dharmawan H Samsu di kantornya, Jakarta Pusat, 25 Juli 2019. Sumur YYA-1 merupakan sumur bekas eksplorasi dengan nama YYA-4 yang pernah dibor pada tahun 2011.
Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut KKP Brahmantya Satyamurti Poerwadi mengatakan tim dari KKP masih berada di lapangan untuk mengecek berapa banyak kerusakan atau kerugian yang timbul pada biota laut. Menurut dia, ada tiga instrumen penting yang diperhatikan oleh KKP dalam kejadian ini, yaitu lamun, koral, dan mangrove.”Biota laut, kan macam-macam titiknya, kalau tidak sampai ke pantau, itu akan lebih mudah dibersihkan,” kata dia,
Selain itu, Brahmantya juga mengatakan pasti ada beberapa ikan yang mati akibat kejadian ini. Namun, jumlahnya diperkirakan hanya pada titik tertentu, tidak kematian secara massal. Nantinya, seluruh data mengenai kerusakan dan kerugian lingkungan akan disampaikan setelah penanganan tumpahan minyak ini rampung. Selain itu,seluruh kerugian ekosistem juga akan ditentukan atas nama negara. “Yang penting Pertamina komitmen menyelesaikannya,” kata dia.