TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Republik Indonesia Sumardjo Gatot Irianto mengatakan produksi kedelai di Indonesia saat ini masih rendah. Kebutuhan kedelai dalam negeri saat ini, kata Gatot, masih bergantung pada impor dari Amerika Serikat.
BACA: Harga Kedelai Tahu Tempe Naik, Mendag Telepon Importir
Gatot menjelaskan para pedagang kedelai juga meberikan saran agar para importir tersebut juga bertanggung jawab terhadap produksi dalam negeri dengan ikut menanam kedelai. "Ini usulan teman-teman pedagang, Pak jangan mereka dikasih izin impor tapi tidak ada tanggung jawab terhadap produksi dalam negeri. Kami sampaikan kami setuju, nanti kami coba usulkan ke Pak Mentan," kata dia di Kementerian Pertanian, Jumat, 11 Januari 2018.
Berdasarkan data Kementerian Pertanian, jumlah impor kedelai dari tahun 2015-2018 justru mengalami peningkatan. Impor pada tahun 2015 dan 2016 berjumlah sekitar 2,3 juta ton, 2017 sejumlah 2,7 juta ton dan mengalami sedikit penurunan pada 2018 menjadi 2,6 juta ton.
BACA: Stok Kedelai Aman, Harga Tahu dan Tempe Diyakini Tak Akan Naik
Sementara itu, jumlah produksi kedelai pada rentang waktu yang sama adalah 963.183 ton pada 2015, 859.653 pada 2016, 538.728 pada 2017 dan 982.598 pada 2018.
Gatot menjelaskan saat ini lahan untuk menanam kedelai di Indonesia tidak seluas area tanam di Amerika Serikat. Oleh karena itu, pihaknya terus berupaya untuk memperluas lahan untuk menanam kedelai.
Ia mengatakan Amerika bisa melakukan swasembada kedelai karena memiliki luas lahan mencapai 30 juta hektare. "Kita kalo bisa mencapai 2,5 juta hektar lahan sudah swasembada. Masalahnya lahan kita yang sesuai untuk kedelai sangat terbatas," ujar dia.
Sebab, tak semua lahan cocok untuk ditanami kedelai. Ia menjelaskan lahan yang cocok untuk ditanami kedelai yaitu yang memiliki PH netral dan mempunyai kedalaman minimal 20 sentimeter. "Biasanya daerah yang di luar jawa tanahnya masam sehingga butuh dinetralkan PHnya," kata dia.