TEMPO.CO, Jakarta - Setelah melejit kemarin, saham PT Garuda Indonesia (Persero) siang ini, Jumat, 16 November 2018, amblas. Sempat melonjak 19 persen pasca kabar Garuda mengambil alih operasional Sriwijaya Air dan NAM Air, saham Garuda anjlok 4,20 persen siang ini.
Baca juga: Alasan Garuda Indonesia Ambil Alih Sriwijaya Air dan NAM Air
Merujuk data RTI, saham Garuda pada Jumat, 16 November 2018 hingga pukul 13.00 WIB mengalami koreksi. Dibuka dengan nilai 238 per lembar saham, siang ini saham Garuda amblas 4,20 persen ke level 228.
Kemarin, tercatat saham Garuda dengan kode emiten GIAA ini mampu melonjak sebesar 19 persen ke level 238 per lembar saat penutupan perdagangan.
Analis Binaartha Sekuritas, Muhammad Nafan Aji mengatakan pergerakan saham Garuda yang terkoreksi tersebut merupakan hal yang wajar setelah sebelumnya melonjak cukup tinggi. Selain itu, pergerakan saham Garuda yang melemah tersebut juga disebabkan aksi profit taking dari pelaku pasar.
"Kalau pergerakan saham menguat signifikan banget, pasti dalam beberapa hari ke depan mulai cooling down," kata Nafan ketika dihubungi Tempo, Jumat, 16 November 2018.
Nafan mengatakan kedepan, saham Garuda masih cenderung akan mengalami fase konsolidasi. Ia memperkirakan saham Garuda akan bergerak di area suppor 210 hingga 220 dan level resisten pada angka 250-260. Namun, Nafan menekankan, angka ini secara teknikal merupakan prediksi untuk jangka menengah. "Artinya bukan sampai akhir tahun," kata dia.
Merujuk kinerja BUMN penerbangan milik pemerintah ini, dalam tiga tahun terakhir 2015-2017, pertumbuhan penjualan perusahaan tiga tahun berturut-turut mencapai -3,01 persen, 1,28 persen, dan 8,11 persen. Sayangnya, meski penjualan tumbuh, hal ini tak diikuti pertumbuhan laba bersih.
Tercatat pada 2015, laba bersih senilai US$ 76,5 juta justru anjlok pada tahun 2016. Tercatat laba bersih Garuda justru anjlok 89,41 persen menjadi hanya US$ 8,1 juta. Kemudian pada 2017, perusahaan justru mengalami kerugian sebesar US$ 216,6 juta.
Pada semester pertama 2018, Garuda mencatatkan penjualan perusahaan sebesar US$ 2 miliar. Angka ini tercatat tumbuh secara year on year sebesar 5,85 persen. Sedangkan, kerugian juga tercatat menipis 58,87 persen year on year hanya menjadi US$ 116,8 juta.
Merujuk data RTI, sepanjang tahun 2018 (year to date), kinerja saham Garuda telah melorot sebanyak 24 persen. Sepanjang tahun, saham Garuda sempat melonjak hingga ke level 336 per lembar pada Februari 2018 namun, terus bergerak turun hingga terendah mencapai angka 200 per lembarnya.
Dengan kondisi demikian, tak heran jika kinerja saham yang diukur dari earning per share (EPS) atau laba per lembar saham juga tercatat minus. Menurut catatan RTI, EPS Garuda berada di angka - 0,0059 per lembar (US$).
Analis CSA Research, Reza Priyambada mengatakan ke depan, kinerja saham Garuda tetap akan lebih banyak dipengaruhi oleh sentimen pasar. Sebab, belum terlihat perbaikan fundamental dari sisi perusahaan. Karena itu, Reza menilai sentimen dari kerjasama KSO terhadap kinerja saham hanya akan sementara.
"Kuncinya pada kebijakan strategis perusahaan," kata Reza kepada Tempo, Jumat.
KARTIKA ANGGRAENI