TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Jokowi mengatakan pembangunan infrastruktur yang gencar dilakukan oleh pemerintahannya saat ini tidak hanya berhubungan dengan ekonomi saja, tetapi juga menyatukan bangsa Indonesia, termasuk pembangunan jalan Trans Papua.
"Banyak orang melihat pembangunan infrastruktur hanya berkaitan dengan ekonomi, mobilitas logistik, mobilitas orang dan barang, ya. Tetapi yang paling penting, infrastruktur yang kita bangun adalah infrastruktur yang menyatukan bangsa Indonesia," kata Presiden saat membuka Simposium Nasional Kebudayaan 2017 di Jakarta, Senin, 20 November 2017.
Baca juga: Ruas Trans-Papua Tembus 2018
Presiden Jokowi mengatakan, pembangunan bandara dan pelabuhan di pulau-pulau terpencil dan daerah pinggiran tersebut untuk menyatukan 17 ribu pulau di Indonesia.
Presiden mengatakan walaupun di pulau terpencil, infrastruktur harus tetap dibangun karena itu merupakan pulau terdepan dan bisa menghubungkan masyarakat di pulau tersebut dengan pulau lainnya.
"Saya pernah terbang dari Aceh ke Wamena, waktu yang saya tempuh sembilan jam 15 menit. Tanpa infrastruktur, orang Aceh tidak bisa langsung ke Wamena. Bagaimana kita ke Pulau Miangas kalau di sana tidak ada infrastrukur pelabuhan, airport meskipun tidak panjang," katanya.
Presiden juga menyinggung alasan dibangunnya Trans Papua. Ia mengaku banyak yang memberi masukan, termasuk apakah perlu dibangun saat ini karena anggaran yang besar.
"Pertanyaan ini kayak telur sama ayam, dibangun infrastruktur baru pertumbuhan ekonomi ada atau menunggu pertumbuhan ekonomi ada baru dibangun jalan," kata Jokowi.
Namun Presiden menegaskan pembangunan Trans Papua ini bukan urusan ekonomi saja, tetapi masalah pemerataan pembangunan dan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Jokowi menegaskan infrastruktur tidak mungkin dibangun di Jawa saja, tetapi harus merata ke seluruh wilayah di Indonesia.
Memang Presiden mengakui jika dilihat dari return, ekonomi di Jawa lebih cepat pengembaliannya, begitu juga jika dihubungkan dengan politik karena 60 persen penduduk ada di Jawa. "Tapi ini kan masalah pemerataan pembangunan, bagaimana kita menyatukan seluruh Tanah Air ini kalau ada ketimpangan infrastruktur," katanya.
Presiden mengakui saat ini antara wilayah barat dan timur masih memiliki perbedaan yang jauh terkait infrastruktur.
"Sangat kelihatan sekali. bayangkan kalau penduduk di Wamena mau pergi ke Nduga harus berjalan empat hari empat malam melewati hutan belantara," ungkapnya.
Presiden mengaku pernah berkunjung ke Nduga, sebuah kabupaten di bagian tengah Papua, walaupun telah diperingatkan daerah berbahaya oleh Panglima TNI dan Kapolri.
Baca juga: Jokowi Naik Trail Jajal Trans Papua
Jokowi mengaku kaget dengan keadaan di Nduga yang jalannya belum beraspal dan kantor Bupatinya juga belum ada. "Ini keadaan yang akan saya lihat, masyarakat kita yang akan kita lihat," ungkap Presiden.
Jokowi juga mengakui Indonesia masih banyak ketinggalan dengan negara lain, bahkan dengan negara tetangga, yakni Singapura dan Malaysia.
Presiden Jokowi mengakui bahwa ada pekerjaan rumah yang harus diperbaiki, yakni etos kerja, produktifitas dan kedispilnan, untuk mengejar ketertinggalan dengan negara lain.
ANTARA