TEMPO.CO, Surakarta - Proyek pembangunan jalan tol Solo-Ngawi, yang ditargetkan selesai pada Desember 2017, ternyata hingga hari ini masih terhambat pembebasan lahan tambahan untuk oprit overpass. Oprit adalah timbunan tanah di ujung bibir overpass atau jembatan penyeberangan di atas jalan tol.
“Lahan tambahan yang dibutuhkan untuk 62 overpass di sepanjang jalan tol Solo-Ngawi sekitar 1.500 bidang. Luas totalnya sekitar 50 hektare,” kata Direktur Utama PT Solo Ngawi Jaya (SNJ) David Wijayatno kepada Tempo, Rabu, 1 November 2017.
PT SNJ, yang berkantor di wilayah Kelurahan Tipes, Kecamatan Serengan, Kota Surakarta, adalah pemegang konsesi jalan tol Solo-Ngawi-Kertosono ruas Solo-Ngawi. Karena masih banyaknya pekerjaan konstruksi yang mesti diselesaikan pada akhir tahun ini, David belum dapat memastikan apakah jalan tol Solo-Ngawi bisa dioperasikan pada Januari 2018.
Baca: Tol Solo-Ngawi Dibuka, Kecepatan Maksimal 60 Kilometer per Jam
David menyebut saat ini pihaknya fokus menyelesaikan konstruksi terlebih dahulu. "Setelah selesai konstruksi, ada tahapan uji layak fungsi. Kalau oke, lulus, langsung operasi,” ucap David. Dia menambahkan, pembangunan jalan utama (main road) di jalan tol Solo-Ngawi sudah tidak ada masalah karena seluruh lahannya telah dieksekusi.
Struktur 62 overpass di sepanjang jalan tol yang menghubungkan Jawa Tengah dan Jawa Timur itu telah selesai dibangun. Namun sebagian besar overpass tersebut masih menggantung, belum tersambung sampai ke tanah, karena masih menunggu selesainya proses pembebasan lahan tambahan.
Walhasil, kata David, warga sekitar jalan tol yang hendak menyeberang masih menerobos badan jalan tol. “Kalau sudah beroperasi, jalan tol harus steril, tidak boleh ada orang nyelonong (menerobos). Menyeberang harus lewat overpass atau underpass."
Menurut General Manager Teknik PT SNJ Aryo Gunanto, pengerjaan tiap satu oprit overpass dalam kondisi normal bisa memakan waktu sekitar 1,5 bulan. Kondisi normal yang dimaksud Aryo adalah pengerjaan tidak secara massal. “Tapi, kalau banyak (62 overpass), pengerjaannya tidak bisa serentak karena keterbatasan alat,” ujarnya.
Aryo menjelaskan, untuk satu overpass, ada dua oprit, sehingga total ada 124 titik. "Sekarang susah mencari alat sebanyak itu,” katanya. Jika dikerjakan menggunakan alat secara bergantian, oprit 62 overpass itu bisa dikerjakan dalam tiga bulan.
Hingga pengujung Oktober 2017, progress pekerjaan konstruksi jalan tol Solo-Ngawi, yang membentang sepanjang 90,25 kilometer, baru mencapai 96 persen (paket pertama), 87 persen (paket kedua), dan 76 persen (paket ketiga). Paket pertama, ruas Kartasura-Karanganyar (20,9 kilometer), dikerjakan pemerintah. Sedangkan paket kedua dan ketiga, yaitu ruas Karanganyar - Mantingan (31,15 kilometer) dan Mantingan-Ngawi (34,2 kilometer), dikerjakan PT SNJ.