TEMPO.CO, Jakarta - Head of lntermediary Business Schroders Investment Management Indonesia Teddy Oetomo memprediksi perekonomian Indonesia pada 2018 akan lebih baik daripada 2017. Hal tersebut salah satunya disebabkan oleh adanya masa kampanye.
"Tahun depan pilkadanya lebih banyak dari 2017 dan dibandingkan dengan 2017, 2018 uang yang berputar dari kampanye lebih kuat lebih banyak," kata Teddy Oetomo di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat, 13 Oktober 2017.
Menurut Teddy mengapa tahun kampanye 2018 menjadi penting, karena terdapat Pemilihan Kepala Daerah atau Pilkada di wilayah padat penduduk seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat yang mencakup 40 persen dari populasi penduduk Indonesia.
"Dana kampanye dari tiga daerah itu kira-kira kalau ditotal ada 30an persen daripada ekonomi Indonesia," kata Teddy Oetomo.
Dari data yang dipaparkan Teddy terlihat indikasi ekonomi memburuk sebelum pemilu. Hal tersebut dilihat dari data 2004, 2009, dan 2014 dari produk domestik bruto, konsumsi pribadi, konsumsi pemerintah, dan ekspor.
Meski pemilu mendatang dilaksanakan pada 2019, namun berbeda pada 2018 yang tidak terjadi penurunan perekonomian karena ditopang oleh adanya Pilkada.
Total pertumbuhan ekonomi Indonesia juga dirpengaruh oleh ekspor. Ekspor sebelum pemilu menurun.
"Sebelum 2004 kalau kita ingat harga komoditas tidak bagus-bagus amat, setelah pemilu harga minyak hingga mencapai US$ 100 (per barel)," kata Teddy Oetomo.
Sedangkan sebelum pemilu 2009, pada 2008 terjadi krisis global yang menyebabkan ekspor Indonesia turun. "Setelah pemilu harga minyak naik lagi," kata Teddy Oetomo.
"Jadi total pertumbuhan ekonomi indonesia yang turun terus naik sekitaran pemilu totalnya lebih condong karena ekspor," kata Teddy Oetomo.
Namun menurut Teddy berbeda pada 2014 yang sebelum pemilu tidak terlalu bagus, lalu setelah pemilu juga turun. "Artinya secara capital market ekonomi, khawatirnya tidak 2018," kata Teddy Oetomo.
HENDARTYO HANGGI