Pemerintah Serap Utang Luar Negeri US$ 1,75 Miliar

Reporter

Editor

Rabu, 18 April 2007 13:41 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Pemerintah bakal menyerap utang luar negeri US$ 1,75 miliar atau setara Rp 16 triliun tahun ini. Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Rahmat Waluyanto mengatakan semua utang diajukan kepada Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia (ADB), dan JBIC (Japan Bank for International Cooperation)."Tapi itu bukan utang baru karena sudah dianggarkan dalam APBN (anggaran pendapatan dan belanja negara) 2007," kata Rahmat di Departemen Keuangan. Keseluruhan dari US$ 1,75 miliar itu, adalah pinjaman program. Artinya, semua utang untuk membiayai defisit anggaran 2007. Pagu sudah ditetapkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Selain itu, pinjaman juga sudah disanggupi oleh para kreditur. Namun pemerintah, kata Rahmat, masih perlu menegosiasikan kembali dengan kreditur yang bersangkutan. Misalnya tentang kesepakatan utang yang belum dituntaskan. "Yang dibawa Pak Paskah adalah bagian dari pinjaman program US$ 1,75 miliar itu," kata Rahmat. Dia menjelaskan kepergian Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional Paskah Suzeta, ke Spring Meeting Bank Dunia di Washington, pekan lalu.Sebagian besar pinjaman diperoleh dari Bank Pembangunan Asia, yakni sekitar US$ 800 juta. Sementara dari JBIC US$ 200 dan dari Bank Dunia US$ 700-800 juta.Direktur Pinjaman dan Hibah Luar Negeri Mourin Sitorus mengatakan, pinjaman itu adalah utang lunak dengan bunga 0,75 persen. Jangka waktu utang selama 40 tahun dengan grass periode 10 tahun."Term and condition-nya sesuai dengan apa yang kita inginkan, tidak membebani rakyat. Ini pinjaman lunak, cost of fund rendah dan tenornya cukup panjang," kata Rahmat.Tambahan defisit anggaran tahun ini yang diperkirakan mencapai 1,5-1,8 persen Produk Domestik Bruto, seluruhnya akan dibiayai dari penerbitan Surat Utang Negara. "Tambahannya tentu akan kami mintakan persetujuan dulu dari Dewan untuk masuk dalam APBN Perubahan 2007," kata dia.Rahmat menambahkan, meskipun tiap tahun pemerintah terus melakukan pinjaman, jumlahnya masih terkendali. Dia tetap optimistis target penurunan rasio utang hingga 31,8 persen pada tahun 2009 bakal tercapai. "Setiap tahun rata-rata pinjaman baru kita masih di bawah satu persen, jadi masih sangat jauh dengan pertumbuhan PDB kita. Utang luar negeri malah cenderung negatif dari tahun ke tahun," kata Rahmat.AGUS SUPRIYANTO

Berita terkait

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

1 hari lalu

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

Sektor manufaktur tunjukan tren kinerja ekspansif seiring Ramadhan dan Idul Fitri 2024. Sementara itu, inflasi masih terkendali.

Baca Selengkapnya

Disebut Tukang Palak Berseragam, Berapa Pendapatan Pegawai Bea Cukai?

3 hari lalu

Disebut Tukang Palak Berseragam, Berapa Pendapatan Pegawai Bea Cukai?

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sedang menjadi sorotan publik karena sejumlah kasus dan disebut tukang palak. Berapa pendapatan pegawai Bea Cukai?

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

8 hari lalu

Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

Menteri Keuangan Sri Mulyani bisa melakukan penyesuaian anggaran subsidi mengikuti perkembangan lonjakan harga minyak dunia.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Raup Rp 5,925 Triliun dari Lelang SBSN Tambahan

9 hari lalu

Pemerintah Raup Rp 5,925 Triliun dari Lelang SBSN Tambahan

Pemerintah meraup Rp 5,925 triliun dari pelelangan tujuh seri SBSN tambahan.

Baca Selengkapnya

Kemenkeu Antisipasi Dampak Penguatan Dolar terhadap Neraca Perdagangan

10 hari lalu

Kemenkeu Antisipasi Dampak Penguatan Dolar terhadap Neraca Perdagangan

Kementerian Keuangan antisipasi dampak penguatan dolar terhadap neraca perdagangan Indonesia.

Baca Selengkapnya

Erick Thohir Minta BUMN Segera Antisipasi Dampak Penguatan Dolar

14 hari lalu

Erick Thohir Minta BUMN Segera Antisipasi Dampak Penguatan Dolar

Erick Thohir mengatakan BUMN perlu mengoptimalkan pembelian dolar, artinya adalah terukur dan sesuai dengan kebutuhan.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Erick Thohir Minta BUMN Beli Dolar Secara Optimal, Rupiah Loyo Jadi Rp 16.260 per USD

15 hari lalu

Terkini Bisnis: Erick Thohir Minta BUMN Beli Dolar Secara Optimal, Rupiah Loyo Jadi Rp 16.260 per USD

Erick Thohir mengarahkan agar BUMN membeli dolar secara optimal dan sesuai kebutuhan di tengah memanasnya geopolitik dan penguatan dolar.

Baca Selengkapnya

Utang Luar Negeri RI Tercatat Rp USD 407,3 Miliar, Banyak Pembiayaan Proyek Pemerintah

15 hari lalu

Utang Luar Negeri RI Tercatat Rp USD 407,3 Miliar, Banyak Pembiayaan Proyek Pemerintah

BI mencatat jumlah utang luar negeri Indonesia jumlahnya naik 1,4 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya

Estafet Keketuaan ASEAN 2024, Pemerintah RI Beri Hibah Rp 6,5 Miliar ke Laos

30 hari lalu

Estafet Keketuaan ASEAN 2024, Pemerintah RI Beri Hibah Rp 6,5 Miliar ke Laos

Pemerintah RI menyalurkan bantuan Rp 6,5 M kepada Laos untuk mendukung pemerintah negara tersebut sebagai Keketuaan ASEAN 2024.

Baca Selengkapnya

21 Tahun Museum Layang-Layang Indonesia Mengabadikan Layangan dari Masa ke Masa

41 hari lalu

21 Tahun Museum Layang-Layang Indonesia Mengabadikan Layangan dari Masa ke Masa

Museum Layang-Layang Indonesia memperingati 21 tahun eksistensinya mengabadikan kebudayaan layangan di Indonesia.

Baca Selengkapnya