Begini Penggunaan E-Money di Jepang dan Australia

Reporter

Editor

Sabtu, 23 September 2017 10:00 WIB

E-Money di Jepang. (travel.navitime.com)

TEMPO.CO, Jakarta - Uang elektronik, yang tengah menjadi perbincangan beberapa waktu terakhir, sebenarnya sudah lumrah digunakan di luar negeri. Selain untuk transportasi, e-money bahkan telah menggeser uang tunai dalam transaksi harian seperti berbelanja di beberapa negara.

Alvin Yesaya, mahasiswa Universitas Tokyo, berujar kartu e-money telah menjadi barang yang pasti dimiliki penduduk Jepang. Sebab, kartu itu bisa dipakai untuk berbagai keperluan misalnya membayar biaya transportasi, makan di restauran, berbelanja di mesin penjual otomatis, hingga berbelanja waralaba. "Wajib punya," kata dia kepada Tempo, Kamis, 21 September 2017.

Untuk mendapatkan kartu itu, kata dia, konsumen bisa membelinya di mesin penjual otomatis yang tersedia di beberapa titik, misalnya stasiun. Calon pengguna mesti mendepositkan dana sebesar 500 yen atau sekitar Rp 59 ribu, yang bisa diambil kembali ketika kartu itu dikembalikan ke mesin.

Untuk melakukan isi ulang, dapat dilakukan di mesin-mesin yang terletak di stasiun maupun waralaba menggunakan uang tunai maupun kartu ATM, tanpa dikenakan biaya. Menurut Alvin, penggunaan uang elektronik itu, selain mudah, juga memberikan keuntungan, misalnya adanya potongan harga transaksi. "Kalau belanja di waralaba juga bisa mendapatkan poin yang bisa ditukarkan apabila sudah banyak," ujarnya.

Di Australia, pembayaran-pembayaran juga telah didominasi oleh non-tunai. Bedanya, kartu yang lumrah digunakan adalah kartu debit mastercard. Untuk menggunakannya, masyarakat tinggal menempelkan kartu (tap) saja di toko-toko. "Hampir semua toko ada yang namanya eftpos (alat pembayaran di Australia)," ujar mahasiswa Universitas Melbourne, Pranidhana Mahardhika.

Pengguna kartu itu tidak perlu melakukan isi ulang. Sebab, secara otomatis setiap transaksi akan memotong dana yang ada di tabungan. Meski demikian, kartu debit itu tidak bisa digunakan untuk membayar transportasi.

Sebab, ada kartu khusus lagi untuk membayar transportasi, misalnya kartu Electronic Road Pricing (ERP). Kartu seharga Aus$ 6 atau sekita Rp 63 ribu, itu bisa diisi ulang melalui online atau di beberapa titik seperti halte bus maupun toko waralaba dengan nilai minimum Aus$ 1. Dhika berujar isi ulang itu tidak dikenakan biaya.

Hampir sama dengan di Australia, Inggris pun menerapkan sistem pembayaran menggunakan kartu debit maupun visa. Sementara untuk transportasi, konsumen perlu membeli kartu khusus untuk semua transportasi di sana. "Juga deposit dana sekitar 5 atau 10 pounds (Rp 89 ribu- 179 ribu)," kata Aufar Ridwansyah, warga Indonesia yang sempat menetap di Sheffield, Inggris.

Namun, menurut dia, ada perbedaan dengan penggunaan e-money di Indonesia, pengguna dapat memilih membayar biaya transportasi secara berlangganan per periodik. "Ada paket pelajar juga yang lebih murah,"

CAESAR AKBAR

Berita terkait

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

1 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

2 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

2 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

2 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

3 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

3 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

3 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

5 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

6 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

6 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya