BI: Dua Entitas Pendukung Transaksi Non Tunai Dibentuk Akhir 2017

Reporter

Rabu, 6 September 2017 12:15 WIB

Pengendara mobil tengah memasukki gerbang tol otomatis dikawasan Cengkareng, Jakarta, 14 Mei 2017. Sistem transaksi nontunai bisa diterapkan di semua gerbang tol pada Oktober nanti. Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah pusat dan daerah DKI Jakarta akan membentuk dua entitas berbeda guna mendukung transaksi non tunai. Tujuan pembentukan dua entitas itu adalah menyediakan infrastruktur yang dapat memproses uang elektronik saling terkoneksi dan saling dapat beroperasi.

Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan, sinergi itu harus ditempuh untuk mendukung sistem pembayaran nontunai pada transportasi massal. "Kami targetkan akhir 2017 dua entitas itu akan terbentuk," ujarnya dalam pidato pada acara penandatanganan kerja sama antara BI, Kemenhub, dan Pemprov DKI Jakarta pada Rabu, 6 September 2017.

Entitas pertama terdiri dari perusahaan transportasi BUMN seperti Damri, Commuterline, Raillink, Light Rail Transit (LRT) yang akan dipimpin oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero). Selanjutnya adalah entitas kedua terdiri dari Transjakarta, Mass Rapid Transit (MRT), LRT Jakarta dan PPD yang dikomandani Pemprov DKI Jakarta.

Agus mengatakan, pada akhir 2018, dua entitas itu akan terhubung dan menyediakan layanan yang terintegrasi penuh. "Kami optimistis masyarakat Jabodetabek akan menggunakan berbagai manfaat dari produk uang elektronik," ujarnya.

Di luar dua pembentukan entitas itu, ada juga integrasi konsorsium lain yang tengah digodok Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yaitu konsorsium Electronic Toll Collection (ETC). Konsorsium itu akan digunakan untuk mempersiapkan transaksi pembayaran tol nontunai.

Bank Indonesia dan Kementerian Perhubungan RI menyepakati pengembangan integrasi sistem pembayaran elektronik bidang transportasi yang meliputi pembayaran transportasi antar moda darat, laut, udara dan perkeretaapian, serta perparkiran dan jalan berbayar. Jangka waktu kerja sama itu adalah lima tahun dan bisa diperpanjang.

Dengan integrasi tersebut, nantinya masyarakat akan dapat menggunakan uang elektronik dari berbagai penerbit pada berbagai moda transportasi. Pelaksanaan integrasi pembayaran tersebut akan dimulai dari wilayah Jabodetabek, bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Menurut Agus, integrasi itu diharapakan meningkatkan efisiensi layanan publik melalui penerapan transaksi non tunai. "Hal ini sangat penting, mengingat besarnya tuntutan akan layanan pembayaran yang semakin aman, lancar, dan efisien, seiring pesatnya perkembangan teknologi informasi," ujarnya.

BISNIS

Berita terkait

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

1 jam lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

7 jam lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

2 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

3 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

3 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

4 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

4 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

4 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

5 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

6 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya