Tahun Ini, Menteri Amran Targetkan Kelahiran 3 Juta Ekor Sapi
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat tnr
Sabtu, 2 September 2017 15:47 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertanian Amran Sulaiman menargetkan kelahiran sapi sebanyak tiga juta ekor pada 2017. Jumlah itu sekitar dua kali lebih banyak dari jumlah kelahiran sapi pada 2016.
"Program kita adalah memilih bibit unggul sehingga sapi kita ada kelahiran sebesar 1,4 juta, tahun lalu," kata dia di kantor Kementerian Pertanian, Sabtu, 2 September 2017.
Hal itu, kata Amran, dilakukan untuk memenuhi target swasembada pangan yang dicanangkan oleh pemerintah Presiden Joko Widodo. Untuk mencapai target itu, dia memperkirakan harus memproduksi satu juta ekor sapi per tahun.
Jenis sapi yang berhasil diproduksi di dalam negeri, kata dia, misalnya sapi Ongole yang disumbang oleh Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, kemarin. "Itu beratnya 1,5 ton dan 1,3 juta ton," kata dia.
Harga sapi seberat 1,5 ton itu, kata Amran, berkisar Rp 70 juta per ekor. "Berapa kali lipat dibanding sapi-sapi yang bibitnya tidak bagus," ujar dia menjelaskan. Menurut dia, sapi Ongole itu sudah dikembangkan sejak lama.
Selain sapi Ongole, sapi yang tengah dikembangkan oleh Kementerian Pertanian adalah sapi limosin dan sapi berotot, berjenis Belgian Blue. "Sapi dengan berat 1,5 sampai 2 ton itu yang akan kita kembangkan," kata dia.
Program pengembangan sapi tersebut, ujar pria asal Sulawesi itu, menghabiskan dana APBN-P sebesar Rp 20 miliar untuk membeli embrio. Pasalnya, dia berujar harga satu tabung sperma bisa berharga sekitar Rp 15 juta. "Tahun depan mungkin 100 miliar. Kita membuat bibit unggul. Tanpa bibit unggul sulit berkembang," tuturnya.
Sekretaris Jenderal Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Rochadi Tawaf skeptis target itu bisa dipenuhi pemerintah melalui program sapi wajib bunting (siwab). "Karena yang saya dengar, evaluasi program siwab ini belum sampai 50 persen," katanya. Padahal, kata dia, saat ini pemerintahan telah mencapai periode tengah tahun.
Kendala yang mungkin dihadapi oleh Kementerian Pertanian, kata dia, adalah minimnya jumlah sapi betina yang bisa dijadikan indukan. "Sapinya sendiri enggak ada. Siapa yang mau dibuntingin kalau sapi betinanya enggak ada?" katanya mempertanyakan.
CAESAR AKBAR