Makna Pengorbanan Saat Idul Adha Bagi Menteri Basuki
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Jumat, 1 September 2017 12:24 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono menyebutkan pengorbanan materi saat Idul Adha sama halnya dengan mengorbankan waktu pribadi. Hal itu pun ditanamkan Basuki di lingkungan PUPR, salah satunya karena ketidakseimbangan sumber daya manusia.
"Memang harus forsir, ngotot, kalau kita mau mengejar. Bayangkan daftar isian pelaksanaan anggaran (DIPA) terus berkembang, tapi (jumlah) orangnya relatif sama setiap tahun, banyak yang pensiun," ujarnya setelah menunaikan salat Idul Adha di Masjid As Salam Kementerian PUPR, Kebayoran Baru, Jakarta, Jumat, 1 September 2017.
Basuki menyatakan pihaknya menunggu penambahan pegawai yang masih diurus di Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. "Tahun ini ada penerimaan tenaga baru, itu juga baru akan (diurus). Jadi, dengan jumlah orang (pegawai) relatif sama, kita harus saling berkorban," ucapnya.
Pengorbanan yang dimaksud Basuki juga terkait dengan waktu dan tenaga untuk mencapai target pembangunan infrastruktur. Dia mengaku telah menerapkan ritme kerja yang padat di kementeriannya. "Kalau tak dengan ritme rock and roll, tak bakal menutup (memenuhi target). Kerja pukul 8 pagi sampai 5 sore, lalu pulang, ya, sudah, ketinggalan," tuturnya.
Pola kerja tujuh hari dalam sepekan dengan tiga shift dalam sehari, menurut Basuki, juga kerap masih kurang. Kunjungan ke lapangan pun digalakkan Basuki sebagai motivasi untuk membuat proyek-proyeknya tepat waktu dan mutu terjamin.
Pada Idul Adha 1438 Hijriah tahun ini, Basuki menyumbangkan seekor sapi yang akan dikurbankan di Kompleks Pengairan PUPR, Bekasi. Dia melaksanakan salat bersama sejumlah pengurus Badan Pembina Dakwah Islam PUPR di Masjid As Salam sebelum berkegiatan secara internal.
Masjid As Salam Kementerian PUPR menerima 86 hewan kurban yang terdiri atas 75 ekor sapi dan 11 ekor kambing. Semuanya didistribusikan ke sejumlah perumahan milik PUPR di Jabodetabek dan ke sejumlah pesantren di Jawa dan Sumatera, yang dianggap membutuhkan.
YOHANES PASKALIS PAE DALE