Bisnis E-Commerce Meroket, Permintaan Kantor Baru Melonjak
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Jumat, 1 September 2017 11:01 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Hasil penelitian perusahaan konsultan properti, Savills Indonesia, menunjukkan perusahaan e-commerce dan perusahaan teknologi (tech companies) lain mulai mengisi gedung-gedung perkantoran komersial, baik yang baru maupun lama. Perusahaan teknologi lain yang dimaksud adalah perusahaan teknologi finansial (fintech) dan perusahaan pengembang perangkat lunak (software development companies).
Kepala Departemen Riset dan Konsultasi Savills Indonesia Anton Sitorus mengatakan, mulanya, mayoritas perusahaan jenis ini berkantor di rumah, ruko, atau gedung kecil milik sendiri. Namun seiring dengan ekspansi bisnis, ditambah dengan masuknya suntikan dana dari pemodal besar, perusahaan e-commerce yang berkembang mulai mempertimbangkan berkantor di gedung komersial.
Anton memperkirakan Tokopedia, yang menjadi anchor tenant di Ciputra World Jakarta II dengan menyewa seluas 13.600 meter persegi, bakal memicu permintaan perkantoran pada masa mendatang. Berdasarkan hasil penelitian Savills, jumlah perusahaan digital akan meningkat 6,5 kali menjadi 13 ribu perusahaan pada 2020.
Asumsinya, kata Anton, jika bisnis startup mempekerjakan lima orang, butuh kantor minimal 15 meter persegi, “Maka akan ada kebutuhan ruang perkantoran 1 juta meter persegi," katanya, Kamis, 31 Agustus 2017.
Peningkatan bisnis e-commerce sudah terlihat dari lonjakan investasi yang cukup besar. Misalnya, e-commerce raksasa asal Cina, Alibaba, yang menyuntikkan investasi hingga US$ 1,1 miliar atau sekitar Rp 14 triliun kepada market place Indonesia, Tokopedia. "Ekonomi lagi agak lesu, tapi dari e-commerce beritanya mengejutkan. Atau Lazada di Singapura yang hanya US$ 1 miliar," ujarnya.
BISNIS.COM