Sri Mulyani Beberkan Penyebab Garuda Indonesia Tak Setor Dividen  

Reporter

Rabu, 30 Agustus 2017 23:01 WIB

Gallery Garuda Indonesia, Senayan City, Jakarta. TEMPO/Aditia Noviansyah

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah melaporkan 21 perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diproyeksikan sampai akhir 2017 tidak menyetorkan dividen. Alasannya mengalami kerugian berulang atau akumulasi rugi. Salah satunya adalah maskapai penerbangan plat merah PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk.


Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang mewakili Menteri BUMN Rini Soemarno dalam rapat kerja bersama Komisi VI DPR hari ini mengatakan alasan Garuda Indonesia belum mampu membayar dividen karena kalah dalam persaingan usaha dan inefisiensi.


"Tentu akan kami periksa, kalau keputusan investasi salah akan menimbulkan kesalahan serius, kalau soal kompetisi industri bisa diperbaiki, dan kalau terkait fundamental seperti tata kelola akan kami kelola lebih baik lagi," ujarnya, di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu, 30 Agustus 2017.

Simak: Laba Bersih Turun, Lion Bayar Dividen Rp 40 per Saham


Sekretaris Kementerian BUMN Imam Apriyanto Putro menuturkan alasan kerugian itu di antaranya adalah inefisiensi dalam operasionalnya hingga kekuatan sumber daya manusia (SDM) yang tidak cukup mampu menopang perusahaan. "Monitoring, pengawasan, dan pembinaan tetap ketat, mungkin tinggal eksekusinya," katanya.


Imam berujar ke depan pihaknya berkomitmen untuk bisa memberikan kontribusi yang lebih baik lagi. "Semester 1 memang gede itu Garuda, total kerugian sekitar Rp 3 triliun," ucapnya. Namun, Imam menolak memberikan rincian kerugian termasuk untuk BUMN lain yang juga mengalami kinerja negatif. "Itu kan belum data audit, ada BUMN yang revenue side-nya tidak di semester I tapi semester II, makanya coba kita lihat nanti."


Advertising
Advertising

Anggota Komisi VI DPR dari Fraksi Partai Demokrat Roy Suryo mengatakan perkembangan Garuda Indonesia tidak baik jika dibandingkan dengan maskapai nasional di negara-negara lain. "Harusnya Garuda bisa lebih dari itu," katanya.


Menurut Roy, salah satunya dibutuhkan kebijakan dan kesepakatan jelas tentang segmen pasar Garuda Indonesia. "Harus jelas ke mana mau high class atau ke segmen bawah, perlu dipertegas, kalau tidak jadi nanggung seperti sekarang." Dia menambahkan perlu juga diberikan regulasi untuk belanja operasional perusahaan agar tetap efisien. "Seperti soal pembelian pesawat harusnya ada arahan, bukannya Garuda dibebaskan membeli tipe pesawat sendiri," ujarnya.


Berikut ini BUMN yang diproyeksikan sampai akhir tahun 2017 tidak menyetorkan dividen karena mengalami kerugian berulang atau akumulasi rugi:


A. BUMN rugi operasional karena kalah persaingan dan efisiensi adalah:
1. PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk
2. Perum Bulog
3. PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
4. PT PAL
5. PT Dok Perkapalan Surabaya (Persero) Tbk
6. PT Indofarma (Persero) Tbk
7. PT Balai Pustaka (Persero)
8. PT Boma Bisma Indra (Persero)
9. Perum PEN
10. PT Berdikari (Persero)


B. BUMN dalam proses restrukturisasi di antaranya:
1. PT Nindya Karya
2. PT Merpati Nusantara Airlines (Persero)
3. PT Kertas Kraft Aceh (Persero)
4. PT Survey Udara Penas (Persero)
5. PT Industri Sandang Nusantara (Persero)
6. PT Iglas (Persero)
7. PT Kertas Leces (Persero)
8. PT Djakarta Lioyd (Persero)
9. PT Istaka Karya (Persero)
10. PT Varuna Tirta Prakarsya (Persero)
11. PT Primissima (Persero)


GHOIDA RAHMAH

Berita terkait

Hasil RUPST: Telkom Bagikan Dividen 17,68 Triliun Rupiah

16 jam lalu

Hasil RUPST: Telkom Bagikan Dividen 17,68 Triliun Rupiah

Dividen sebesar Rp 178,50 per lembar saham tersebut akan diberikan pada 17 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Astra International Tebar Dividen Rp 21 T, Dapat Rp 519 per Saham

4 hari lalu

Astra International Tebar Dividen Rp 21 T, Dapat Rp 519 per Saham

Astra International akan bagi-bagi dividen tunai tahun buku 2023 mencapai Rp 21 triliun atau Rp 519 per saham. Ada Rp 12,8 triliun laba ditahan.

Baca Selengkapnya

Bos BCA Ungkap Penyebab Pelemahan Rupiah, Mulai dari Dividen hingga Impor Bahan Baku

11 hari lalu

Bos BCA Ungkap Penyebab Pelemahan Rupiah, Mulai dari Dividen hingga Impor Bahan Baku

Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA) Jahja Setiaatmadja menilai pelemahan rupiah bukan hanya karena konflik Iran-Israel.

Baca Selengkapnya

Bank DKI Setor Dividen Sebesar Rp 326,4 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

14 hari lalu

Bank DKI Setor Dividen Sebesar Rp 326,4 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI menyumbang dividen terbesar bagi Provinsi DKI Jakarta, jumlahnya mencapai Rp 326,44 miliar.

Baca Selengkapnya

CIMB Niaga akan Bagi Dividen Tunai Sebesar Rp 3,08 Triliun

30 hari lalu

CIMB Niaga akan Bagi Dividen Tunai Sebesar Rp 3,08 Triliun

CIMB Niaga menyepakati pembagian dividen tunai sebesar Rp 3,08 triliun atau 50 persen dari laba bersih tahun buku 2023.

Baca Selengkapnya

Raup Pendapatan Rp 5,2 T, Cinema XXI Bagikan Dividen Rp 666,7 Miliar

31 hari lalu

Raup Pendapatan Rp 5,2 T, Cinema XXI Bagikan Dividen Rp 666,7 Miliar

Cinema XXI membagikan dividen sebesar Rp 666,7 Miliar dan mengganti direktur utamanya dalam rapat pemegang saham tahunan atau RUPST.

Baca Selengkapnya

Bank Danamon akan Bagi-bagi Dividen Senilai Rp 1,2 Triliun

41 hari lalu

Bank Danamon akan Bagi-bagi Dividen Senilai Rp 1,2 Triliun

PT Bank Danamon Indonesia Tbk memutuskan bagi-bagi dividen senilai Rp 1,2 triliun atau Rp 125,48 per saham.

Baca Selengkapnya

BRI Bagikan Dividen Rp48,10 Triliun

44 hari lalu

BRI Bagikan Dividen Rp48,10 Triliun

BRI menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) 2024.

Baca Selengkapnya

Erick Thohir Sebut Dividen BUMN Lebih Besar Dibanding PMN, Laba Tunai 2023 Rp 292 T

46 hari lalu

Erick Thohir Sebut Dividen BUMN Lebih Besar Dibanding PMN, Laba Tunai 2023 Rp 292 T

Erick Thohir menyebut bahwa dividen BUMN lebih besar dibandingkan PNM. Laba tunai Rp 292 triliiun.

Baca Selengkapnya

Siap-siap, Bank OCBC NISP akan Bagi Dividen Tunai Senilai Rp 1,65 Triliun

47 hari lalu

Siap-siap, Bank OCBC NISP akan Bagi Dividen Tunai Senilai Rp 1,65 Triliun

Bank OCBC NISP Tbk. akan membagikan dividen tunai senilai Rp 1,65 triliun atau Rp 72 per saham dari total laba tahun 2023.

Baca Selengkapnya