Ilustrasi PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom). REUTERS/Supri
TEMPO.CO, Jakarta - PT Telkom Indonesia (Persero) menargetkan proses pointing ulang (repointing) antena satelit selesai pada 10 September 2017. Direktur Utama PT Telkom Alex Sinaga mengatakan biaya repointing tersebut ditanggung oleh pihaknya dan akan mengerahkan 1.000 personel untuk melakukan repointing.
"Kira-kira bisa me-repointing 1.500 site per hari, berharap paling lambat dalam 10 September tuntas semua," kata Alex Sinaga saat ditemui di Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jakarta, Rabu, 30 Agustus 2017.
Repointing dilakukan karena sejak Jumat lalu satelit Telkom 1 mengalami gangguan akibat pergeseran antena. Akibatnya sejumlah pelanggan satelit ini baik yang langsung melalui Telkom ataupun melalui VSAT provider mengalami gangguan.
Hal ini termasuk kepada layanan perbankan di anjungan tunai mandiri atau ATM. Diketahui dari 15 ribu ground site, sekitar 12.030 site merupakan ATM, dan sebanyak 2.591 ATM sudah berfungsi kembali.
Alex menuturkan total ground segment site mencapai 15 ribu dengan total pelanggan satelit telkom 1 sebanyak 63 pelanggan. Saat ini, repointing antena sudah mencapai 2.824 ground site. "Masih ada beberapa hari lagi. Semoga bisa cepat."
Soal transponder pengganti, Alex mengungkapkan sejak subuh hari ini semua transponder sudah dialokasikan penggantinya 100 persen. Adapun baik repointing antena dan penyediaan transponder akan dilakukan secara bertahap.
Menurut Alex pekerjaan penyediaan transponder dan repointing antena sudah mulai dilakukan sejak 28 Agustus. "Prinsipnya adalah berapapun biayanya, kami ingin mempercepat recovery."
Soal biaya, kata Alex, pihaknya belum menghitung berapa biaya yang keluar akibat repointing antena dan penggantian transponder. Mengenai ganti rugi ke pihak perbankan, Alex menjawab pihaknya tak memiliki kontrak langsung dengan pihak perbankan, sehingga harus melihat bagaimana kontrak pihak perbankan dengan VSAT provider.
Pekerjaan repointing ini dilakukan bersama-sama antara pihak Telkom dan VSAT. Alasannya agar prosesnya bisa lebih cepat. "Mereka mestinya kan tidak terbebani biaya tersebut, tapi karena satelitnya rusak jadi harus diganti, maka kami bekerja sama dengan VSAT," ujar Alex.
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Budi Arie Setiadi, membahas upaya pecepatan penyelesaian pembahasan dokumen penggunaan slot orbit atau filing satelit maritim CAKRA-1 dengan Sekretaris Jenderal International Telecommunication Union (ITU)