Pengunjung melintasi wallpaper bergambar apartemen dalam pameran Real Estate Indonesia di Jakarta, 5 Mei 2015. Penjualan properti tahun ini diprediksi menurun 50 persen dibanding tahun sebelumnya. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
TEMPO.CO, Jakarta - Country General Manager Rumah123 Ignatius Untung mengatakan, penjualan apartemen masih kalah cepat dengan rumah tapak. Musababnya, banyak kalangan, terutama dari generasi milenial, yang belum teredukasi untuk investasi properti.
Menurut Untung, daripada membeli rumah tapak yang harganya lebih mahal, lebih baik konsumen membeli apartemen yang harganya lebih rendah. "Daripada bergeser 20 kilometer dari kota untuk membeli rumah, lebih baik membeli apartemen dulu untuk investasi di tengah kota," kata Untung pada Kamis, 24 Agustus 2017.
Untung menambahkan, setelah apartemen yang dibeli harganya melambung, pemilik bisa menjualnya lagi. Uang dari hasil penjualan apartemen pasti lebih besar dibanding saat membeli. Dengan demikian, sudah waktunya uang tersebut dibelikan rumah tapak bersamaan gaji makin besar.
"Kalau ingin investasi, membeli aprtemen merupakan langkah pertama sebelum membeli rumah tapak," kata Untung. "Sayangnya generasi milenial belum teredukasi untuk investasi properti dengan strategi seperti ini."
Untung mengingatkan kepada pengembang properti agar menghitung dengan matang dalam membangun apartemen. Diperkirakan bakal ada ledakan properti yang bisa berimbas pada omzet penjualan. "Kalau salah perhitungan bisa kepeleset. Bisa-bisa target yang telah ditetapkan tidak tercapai. Sebab, para pengembang cenderung membangun secara bersamaan," Kata Untung.
Menurut Untung, proyek properti cukup kencang dari tahun ini hingga Semester 1 2018. Apalagi, pemerintah mulai membangun Transit Oriented Development (TOD) di Jakarta. "TOD mulai dibangun di Tanjung Barat. Tahun ini akan ngebut, tapi perhitungannya harus matang karena banyak yang serentak," ujarnya. Penjualan apartemeni bakal makin cerah.