Stabilisasi Harga Telur, Kementan Turunkan Populasi Ayam Petelur  

Reporter

Jumat, 25 Agustus 2017 12:28 WIB

Ayam petelur. ANTARA/Seno S

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita mengatakan penurunan populasi ayam petelur di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, merupakan upaya stabilisasi harga telur di tingkat peternak.

"Saat ini populasi ayam memang menurun karena kebijakan kami untuk menurunkan populasi ayam di Blitar, yang sebelumnya mengalami oversupply," kata Diarmita dalam siaran tertulisnya, Jumat, 25 Agustus 2017.

Diarmita mengungkapkan kebijakan itu bermula dari keluhan peternak tentang penurunan harga ayam hidup (broiler dan jantan layer), serta telur ayam di bawah harga pokok produksi. Bahkan, kata dia, harga telur sempat mencapai Rp 14 ribu.

Baca: Peternak Keluhkan Harga Telur di Bawah Biaya Produksi

Saat itu, Diarmita melanjutkan, beberapa perwakilan peternak mendemo pemerintah terkait dengan penurunan harga telur di Blitar. Sebab, akibat penurunan harga itu, peternak mengalami kerugian hingga gulung tikar. "Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Ditjen PKH telah melakukan peninjauan langsung ke kandang dan menemui para peternak di Kabupaten Blitar," katanya.

Menurut Diarmita, dari peninjauan itu, pemerintah dan pemangku kepentingan setempat telah sepakat menerapkan kebijakan dari aspek hulu. Salah satunya mengatur keseimbangan suplai dan permintaan melalui penyesuaian jumlah final stock sesuai dengan penerapan Keputusan Menteri Pertanian 3035 Tahun 2017 agar tidak terjadi oversupply.

Simak: Pasokan Berlebih, Harga Daging Ayam dan Telur Anjlok

Berdasarkan hasil monitoring kebijakan itu, Diarmita menemukan harga ayam kini terus mengalami peningkatan. Harga telur di Blitar saat ini stabil dengan kisaran Rp 16.000-16.500. Sedangkan harga telur di Yogyakarta Rp 17 ribu dan Jabodetabek Rp 18 ribu. Adapun harga acuan yang ditetapkan Menteri Perdagangan ialah Rp 18 ribu.

Bahkan pada periode 12 Juli-21 Juli 2017, harga telur sudah pernah melewati harga acuan di tingkat pembelian yang ditetapkan pemerintah, yaitu Rp 19.500 per kilogram di tingkat peternak di Blitar. “Ini semua tentunya telah terpenuhi sesuai dengan harapan kami, yaitu peternak mendapatkan keuntungan," kata Diarmita.

Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar Indonesia) Singgih menuturkan kebijakan tersebut membuat populasi ayam layer mengalami penurunan, sehingga harga telur di tingkat peternak naik. "Kalau populasi tidak turun, harga akan jatuh di bawah HPP," ucapnya.

Singgih berharap pemerintah juga membatasi populasi ternak, khususnya peternak besar, dengan jumlah ternak 300 ribu dan terintegrasi. Hal itu, kata dia, bertujuan untuk keberlangsungan peternak kecil dan menciptakan harga telur yang stabil.

FRISKI RIANA

Berita terkait

Kuota Pupuk Bersubsidi Naik, Mentan: Segera Tebus

1 hari lalu

Kuota Pupuk Bersubsidi Naik, Mentan: Segera Tebus

Penambahan pupuk subsidi dari 4,7 juta ton menjadi 9,5 juta ton telah mendapat persetujuan dari presiden.

Baca Selengkapnya

Ini Alasan Nurul Ghufron Bantu Mutasi ASN Kementan ke Malang Jawa Timur

3 hari lalu

Ini Alasan Nurul Ghufron Bantu Mutasi ASN Kementan ke Malang Jawa Timur

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron menjelaskan perihal laporan dugaan pelanggaran etik yang ditujukan kepadanya soal mutasi ASN di Kementan.

Baca Selengkapnya

Uang Korupsi Syahrul Yasin Limpo Mengalir ke Mana? Antara lain Biaya Khitan, Buat Kafe, dan Skincare untuk Cucunya

3 hari lalu

Uang Korupsi Syahrul Yasin Limpo Mengalir ke Mana? Antara lain Biaya Khitan, Buat Kafe, dan Skincare untuk Cucunya

Penggunaan uang korupsi Syahrul Yasin Limpo (SYL) terungkap di pengadilan. Mayoritas digunakan untuk kepentingan keluarga. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Sempat Meroket Tajam, Harga Bawang Merah Berangsur Turun di Sejumlah Daerah, Ini Fakta-faktanya

5 hari lalu

Sempat Meroket Tajam, Harga Bawang Merah Berangsur Turun di Sejumlah Daerah, Ini Fakta-faktanya

Harga bawang merah mulai mengalami penurunan di sejumlah daerah.

Baca Selengkapnya

Sidang Syahrul Yasin Limpo, KPK Hadirkan 4 Saksi

6 hari lalu

Sidang Syahrul Yasin Limpo, KPK Hadirkan 4 Saksi

Tim Jaksa KPK menghadirkan empat saksi pada sidang lanjutan bekas Menteri Pertanian (Kementan) Syahrul Yasin Limpo (SYL)

Baca Selengkapnya

Novel Baswedan Sebut Jika Polda Metro Jaya Tahan Firli Bahuri Bisa jadi Pintu Masuk Kasus Lainnya

11 hari lalu

Novel Baswedan Sebut Jika Polda Metro Jaya Tahan Firli Bahuri Bisa jadi Pintu Masuk Kasus Lainnya

Novel Baswedan menjelaskan, jika Firli Bahuri ditahan, ini akan menjadi pintu masuk bagi siapa pun yang mengetahui kasus pemerasan lainnya.

Baca Selengkapnya

Kesaksian Permintaan Uang dari Syahrul Yasin Limpo Saat Jadi Mentan, untuk Perawatan Kecantikan Anak hingga Kado

12 hari lalu

Kesaksian Permintaan Uang dari Syahrul Yasin Limpo Saat Jadi Mentan, untuk Perawatan Kecantikan Anak hingga Kado

Sejumlah pejabat Kementerian Pertanian dihadirkan sebagai saksi di sidang lanjutan dugaan pemerasan dan gratifikasi oleh Syahrul Yasin Limpo.

Baca Selengkapnya

Dewas KPK Masih Proses Dugaan Pelanggaran Etika oleh Dua Pimpinan Komisi Antikorupsi

13 hari lalu

Dewas KPK Masih Proses Dugaan Pelanggaran Etika oleh Dua Pimpinan Komisi Antikorupsi

Dewan Pengawas Komisi Pemberantasan Korupsi masih memeriksa dugaan pelanggaran etika oleh dua pimpinan KPK.

Baca Selengkapnya

Kuasa Hukum Syahrul Yasin Limpo Jelaskan Poin Keberatan terhadap Kesaksian Eks Ajudan Panji Harjanto

13 hari lalu

Kuasa Hukum Syahrul Yasin Limpo Jelaskan Poin Keberatan terhadap Kesaksian Eks Ajudan Panji Harjanto

Kuasa hukum bekas Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo Djamaludin Koedoeboen, menuturkan poin keberatan terhadap kesaksian eks ajudan Panji Harjanto.

Baca Selengkapnya

Sidang Syahrul Yasin Limpo Ungkap Beberapa Rahasia, Termasuk Permintaan Firli Bahuri Rp 50 Miliar

13 hari lalu

Sidang Syahrul Yasin Limpo Ungkap Beberapa Rahasia, Termasuk Permintaan Firli Bahuri Rp 50 Miliar

Beberapa rahasia terungkap saat sidang Syahrul Yasin Limpo, termasuk adanya permintaan Rp 50 miliar dari Ketua KPK saat itu Firli Bahuri.

Baca Selengkapnya