Direktur Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan Kementerian Perindustrian Abdul Rochim didampingi oleh Presiden Direktur PT UBM Pameran Niaga Indonesia Christopher Eve, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) Adhi S. Lukman, Direktur SEAFAST (Southeast Asian Food and Agricultural Science and Technology) Center dan Professor Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian IPB Nuri Andarwulan, dan Business Director UBM Asia (Thailand) Rungphech Chitanuwat berfoto bersama selesai membuka acara Food Ingredients 2016 di Jakarta International Expo Kemayoran, 21 September 2106. TEMPO/Odelia
TEMPO.CO, Jakarta - Pabrikan makanan dan minuman lokal Indonesia terus memperkuat bisnis di India.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Adhi S. Lukman mengatakan beberapa pabrikan makanan minuman lokal mulai menjajaki pasar negara ekonomi terbesar kedua G20 tersebut. Perusahaan-perusahaan besar seperti Garuda Food dan Mayora sudah memiliki pabrik di India. Sebaliknya, terdapat beberapa produsen makanan minuman asal India yang sudah beroperasi di Indonesia seperti Sudevam Group dan Ultratec.
Laju pertumbuhan industri makanan minuman pada kuartal kedua lalu masih terbantu oleh permintaan pasar ekspor. “Ekspor saya rasa masih menjadi harapan untuk mendongkrak permintaan di tengah menurunnya permintaan domestik. Maka pemerintah juga perlu menggenjot ekspor pada semester kedua untuk mendorong pertumbuhan,” ujar Adhi, Rabu 23 Agustus 2017.
Industri makanan minuman merupakan salah satu sektor industri prioritas yang ditetapkan pemerintah. Industri makanan minuman berperan 33 persen terhadap industri nasional. Nilai investasi pada sektor itu senilai Rp37,4 triliun atau mencapai 11 persen dari keseluruhan investasi semester pertama 2017.
Menurut Adhi, nilai perdagangan bahan baku, makanan setengah jadi, dan makanan olahan antara Indonesia— India mencapai US$200 juta pada 2016. Indonesia lebih banyak mengekspor komoditas pertanian seperti sawit, kakao, kacang mete dan makanan olahan seperti wafer, coklat, dan saus. Sementara itu, India lebih banyak mengekspor produk gula.
Laju pertumbuhan industri makanan minuman sedikit mengalami perlambatan bila merujuk capaian kuartal kedua tahun lalu. Badan Pusat Statistik mencatat pertumbuhan industri makanan minuman sebesar 7,19 persen pada kuartal kedua 2017.
Pertumbuhan industri makanan minuman masih bergerak di atas pertumbuhan ekonomi semester pertama sebesar 5,01 persen. Hanya saja, laju pertumbuhan itu lebih lambat ketimbang kinerja pertumbuhan pada kuartal sebelumnya sebesar 8,25 persen dan kuartal kedua 2016 sebesar 8,13 persen.