Kepala BPS Sebut Tak Ada Penurunan Daya Beli Masyarakat

Reporter

Sabtu, 12 Agustus 2017 22:03 WIB

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengumumkan Berita Resmi Statistik bersama Direktur Statistik Distribusi Anggoro Dwitjahyono dan Direktur Statistik Harga Yunita Rusanti di Kantor Pusat BPS, Pasar Baru, Jakarta Pusat, 2 Juni 2017. TEMPO/Destrianita

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto mengatakan daya beli masyarakat masih kuat. Ini "Konsumsi rumah tangga Indonesia masih bagus, tidak ada penurunan daya beli," kata Suhariyanto dalam diskusi soal daya beli di Kementerian Komunikasi dan Informatika, Sabtu, 12 Agustus 2017. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal II adalah 4,95 persen year-on-year. Angka ini sedikit meningkat dibanding kuartal I sebesar 4,94 persen.


Namun dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun 2016, pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada pada kuartal II 2017 memang memang mengalami penurunan. Suharyanto mengatakan hal tersebut disebabkan ada beberapa pola konsumsi masyarakat yang berbeda.

Baca: BPS Tegaskan Daya Beli Masyarakat Masih Kuat


Pertama, golongan menengah ke atas lebih memilih mereka menahan uang mereka. Transaksi kartu debit masih tumbuh, tapi melambat. Selain itu, persentase pendapatan ditabung juga meningkat. "Jadi ada indikasi mereka menahan, tentunya mereka masih melihat prospek perekonomian ke depan, global maupun dalam negeri," kata Suharyanto.


Dia mengingatkan, yang harus diperhatikan adalah golongan 40 persen lapisan masyarakat ke bawah. Sebab, ada indikasi daya beli mereka tertekan. Ini disebabkan adanya penurunan upah riil buruh tani, bangunan, maupun nilai tukar petani. Suharyanto mengatakan penurunan nilai upah riil itu disebabkan harga komoditas yang juga menurun di kuartal II 2017.

Simak: Penjelasan Sri Mulyani Soal Menurunnya Daya Beli Masyarakat


Kedua, Suharyanto melihat ada perubahan perilaku konsumsi masyarakat. Ini terlihat dengan adanya peningkatan komoditas yang termasuk dalam leissure activities. "Pola konsumsi foodnya cederung turun, tapi justru leissurenya naik," kata Suharyanto. Dia menduga bahwa masyarakat sudah memikirkan leissure karena memikirkan gaya hidup.


Advertising
Advertising

Peningkatan leissure itu terbukti dengan kenaikan jumlah penumpang angkutan udara, kereta api, dan lainnya. Karena itu Suharyanto meminta pemerintah harus lebih memperhatikan pariwisata, terutama pariwisata lokal.


Ekonom Faisal Basri mengatakan konsumsi masyarakat, baik secara nominal maupun riil, masih naik. Menurut dia, memang benar kenaikan konsumsi masyarakat sedikit melambat di bawah 5 persen atau persisnya 4,95 persen pada kuartal II 2017. "Tapi jauh dari kata merosot sebagaimana diberitakan belakangan ini," kata faisal.


BPS mencatat pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2017 sebesar 5,01 persen. Konsumsi rumah tangga memberi kontribusi sebesar 2,65 persen terhadap pertumbuhan ekonomi. Di mana kategori restoran dan hotel tumbuh 5,87 persen, serta makanan dan minuman sebesar 5,24 persen.


AMIRULLAH SUHADA

Berita terkait

17 Bandara Internasional Turun Status, BPS: Hanya Digunakan 169 Wisatawan Mancanegara

1 hari lalu

17 Bandara Internasional Turun Status, BPS: Hanya Digunakan 169 Wisatawan Mancanegara

BPS mencatat hanya 169 wisatawan mancanegara yang menggunakan 17 Bandara yang kini turun status menjadi Bandara domestik.

Baca Selengkapnya

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

1 hari lalu

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

Badan Pusat Statistik mencatat tingkat inflasi pada momen Lebaran atau April 2024 sebesar 3 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya

Fathan Subchi Dorong Pemerintah Sisir Belanja Tidak Prioritas

8 hari lalu

Fathan Subchi Dorong Pemerintah Sisir Belanja Tidak Prioritas

Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Fathan Subchi meminta pemerintah untuk mencari langkah antisipatif untuk menyelamatkan perekonomian Indonesia, salah satunya adalah dengan cara menyisir belanja tidak prioritas.

Baca Selengkapnya

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

11 hari lalu

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

Indonesia memperpanjang rekor surplus neraca perdagangan dalam 47 bulan terakhir pada Maret 2024

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

11 hari lalu

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

Pembacaan putusan sengketa Pilpres di MK memengaruhi IHSG. Perdagangan ditutup melemah 7.073,82.

Baca Selengkapnya

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

11 hari lalu

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

BPS mencatat impor pada Maret 2024 turun 2,6 persen secara bulanan. Impor bahan baku dan bahan penolong turun, tapi barang konsumsi naik.

Baca Selengkapnya

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

11 hari lalu

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.

Baca Selengkapnya

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

11 hari lalu

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

BPS menilai dampak konflik geopolitik antara Iran dan Israel tak berdampak signifikan terhadap perdangan Indonesia. Begini penjelasan lengkapnya.

Baca Selengkapnya

Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

11 hari lalu

Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

Surplus perdagangan Indonesia pada Maret 2024 tembus US$ 4,47 miliar. Surplus 47 bulan berturut-turut.

Baca Selengkapnya

Timur Tengah Memanas, BPS Beberkan Sejumlah Komoditas yang Harganya Melonjak

11 hari lalu

Timur Tengah Memanas, BPS Beberkan Sejumlah Komoditas yang Harganya Melonjak

Badan Pusat Statistik atau BPS membeberkan lonjakan harga komoditas akibat memanasnya tekanan geopolitik di Timur Tengah.

Baca Selengkapnya