TEMPO.CO, Jakarta - Arab Saudi dikabarkan akan memangkas penjualan minyak mentah ke beberapa pembeli di Asia. Pembatasan yang akan dimulai pada September mendatang ini bertujuan menyusutkan surplus suplai global.
Saudi Arabian Oil Co. sebagai perusahaan minyak terbesar milik Arab Saudi akan memasok volume yang lebih rendah dari yang diminta beberapa pelanggan Asia pada September 2017. Pemangkasan ekspor diperkirakan mencapai satu juta barel untuk pasar Asia Selatan dan Asia Tenggara.
Arab Saudi memutuskan membatasi kargo ke Asia karena pasar minyak menghadapi persaingan dari shale oil Amerika Serikat. Rencana OPEC memangkas produksi juga terhalang oleh tumbuhnya produksi minyak Nigeria dan Libya.
Baca: Arab Saudi Lampaui Batas Produksi Minyak yang Disepakati OPEC
Perwakilan Arab Saudi mengatakan bulan lalu pihaknya berencana untuk meningkatkan tekanan kepada negara-negara yang tidak mematuhi janji mereka dalam memangkas produksi. Seperti diketahui, OPEC dan non-OPEC berencana mengurangi produksi harian sebesar 1,8 juta barel per hari (bph) pada Januari 2017-Maret 2018.
Kepatuhan pemangkasan produksi merosot menjadi 86 persen pada Juli 2017. Sentimen tersebut turut membebani harga minyak global. Rencana Arab Saudi memangkas ekspor minyak mentah pada bulan depan mundur dari perkiraan sebelumnya. Pada Juli 2017, Arab Saudi menyatakan akan mengurangi pengapalan minyak ke luar negeri sebesar 1 juta barel menjadi sekitar 6,6 juta barel mulai Agustus 2017.
BISNIS
Berita terkait
Harga Minyak Dunia Turun, Analis: Gara-gara Cadangan Minyak AS Melimpah
2 hari lalu
Cadangan minyak Amerika Serikat (AS) mengalami peningkatan sebesar 7,3 juta barel pada pekan yang berakhir pada 26 April 2024.
Baca SelengkapnyaHarga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi
10 hari lalu
Menteri Keuangan Sri Mulyani bisa melakukan penyesuaian anggaran subsidi mengikuti perkembangan lonjakan harga minyak dunia.
Baca SelengkapnyaEkskalasi Konflik Iran-Israel Berpotensi Kerek Inflasi, Dimulai dari Harga Minyak
17 hari lalu
Senior Fellow CIPS Krisna Gupta mengatakan ekskalasi konflik Iran-Israel bisa berdampak pada inflasi Indonesia.
Baca SelengkapnyaKonflik Iran-Israel Memanas, Harga Minyak Dunia Nyaris US$ 90 per Barel
17 hari lalu
Harga minyak dunia melonjak jadi US$ 89 (Brent) dan US$ 84 (WTI) per barel pada Jumat, 19 April 2024, seiring memanasnya konflik Iran-Israel.
Baca SelengkapnyaNaik Lagi, Harga Emas Antam Hari Ini Sentuh Rp 1.335.000 per Gram
18 hari lalu
Harga emas Antam per 1 gram hari ini ada pada level Rp 1.335.000. Harga ini naik Rp 14 ribu dibanding perdagangan kemarin.
Baca SelengkapnyaAnalis Sebut Harga Minyak Terus Naik Akibat Konflik Iran-Israel dan Penguatan Dolar
18 hari lalu
Harga minyak dunia cenderung naik gara-gara konflik Iran - Israel dan penguatna dolar AS terhadap sejumlah mata uang dunia.
Baca SelengkapnyaHarga Minyak Dunia Turun di Perdagangan Awal Pekan, Apa Penyebabnya?
8 Januari 2024
Harga minyak dunia turun dalam perdagangan awal pekan, 8 Januari 2024. Kenaikan harga terjadi karena pemotongan harga yang tajam oleh eksportir utama Arab Saudi dan kenaikan produksi OPEC.
Baca SelengkapnyaHarga Minyak Dunia Bergejolak, Analis Sebut Ketegangan Geopolitik Terbaru
5 Januari 2024
Harga minyak mentah tengah bergejolak hari ini. Apa saja penyebabnya?
Baca SelengkapnyaHarga Minyak Dunia Jeblok ke USD 70,5 per Barel, Apa Saja Pemicunya?
21 Juni 2023
Harga minyak mentah berjangka jeblok pada akhir perdagangan Selasa atau Rabu pagi WIB, 21 Juni 2023. Apa saja faktor pemicunya?
Baca SelengkapnyaHarga Minyak Dunia dan BBM Nonsubsidi Turun, Bagaimana dengan Harga Pertalite?
7 Juni 2023
Harga minyak dunia terus berfluktuasi, namun belakangan mengalami tren penurunan. Apakah harga Pertalite juga akan diturunkan seperti Pertamax?
Baca Selengkapnya