Tren Kenaikan Rupiah Berlanjut, Pasar Obligasi Menguat

Reporter

Senin, 24 Juli 2017 08:26 WIB

Petugas money changer menghitung mata uang dolar. Rupiah semakin tertekan terhadap nilai tukar dolar Amerika Serikat, di level Rp14.060 per Dolar AS. Jakarta, 25 Agustus 2015. TEMPO/Subekti

TEMPO.CO, Jakarta - Laju nilai tukar rupiah pada akhir pekan lalu tercatat berbalik menguat. Rupiah memanfaatkan pergerakan euro yang menguat terhadap dolar AS.

“Padahal di dalam negeri terdapat sentimen negatif seperti perkiraan belum kuatnya pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua dan suku bunga acuan Bank Indonesia yang ditahan di 4,75 persen mengasumsikan belum adanya perkembangan ekonomi,” ujar Analis Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada, dalam keterangan tertulis, Senin, 24 Juli 2017.

Reza menuturkan penguatan euro yang berdampak pada mata uang yen dan sejumlah mata uang lainnya terhadap dolar AS diprediksi akan berimbas positif pada rupiah. Menurut dia, penguatan rupiah masih harus kembali diuji seiring sentimen yang ada masih variatif. “Tentunya penguatan ini diharapkan bertahan sehingga kembali masuk ke tren kenaikan,” katanya.

Meskipun demikian, Reza mengatakan masih adanya potensi pelemahan lanjutan rupiah tetap harus diwaspadai seiring dengan belum adanya sentimen yang dianggap signifikan mengangkat rupiah. “Kami perkirakan rupiah akan bergerak pada kisaran support 13.340 dan resisten 13.308.”

Sementara itu, pergerakan rupiah yang akhirnya berada di zona hijau pada akhir pekan lalu juga mampu mempertahankan laju pasar obligasi di zona yang sama. “Pergerakan imbal hasil obligasi AS dan Eripa yang kembali turun turut membantu pasar obligasi dalam negeri menguat,” ujarnya.

Adapun untuk tenor pendek (1-4 tahun) mengalami penurunan imbal hasil -4,55 basis poin (bps), tenor menengah (5-7 tahun) turun -1,67 bps, dan panjang (8-30 tahun) turun -6,91 bps. Reza berujar aksi beli yang terjadi juga membantu pergerakan harga sejumlah obligasi kembali naik, tak terkecuali pada pergerakan seri obligasi acuan.

Sedangkan, laju imbal hasil obligasi korporasi tercatat kembali bergerak variatif. Untuk obligasi korporasi dengan rating AAA dengan imbal hasil tenor 9-10 tahun bergerak naik di kisaran 8,92-8,95 persen. Obligasi korporasi dengan rating AA untuk tenor 9-10 tahun, imbal hasilnya turun tipis di kisaran level 9,02-9,04 persen. Kemudian, untuk imbal hasil obligasi rating A dengan tenor 9-10 tahun naik di kisaran 10,70-10,72 persen, dan untuk rating BBB di kisaran 12,98-13,02 persen.

“Tren penguatan rupiah ini diharapkan terbantu dengan meningkatnya aksi beli para pelaku pasar,” katanya. Reza menambahkan masih melemahnya laju dolar AS juga dapat kembali dimanfaatkan untuk melakukan aksi beli agar perolehan keuntungan meningkat. “Pergerakan ini diharapkan masih didukung oleh penurunan imbal hasil obligasi global, cermati berbagai sentimen yang ada.”

GHOIDA RAHMAH

Berita terkait

CIMB Niaga Dorong Masyarakat Giat Investasi dengan Dana Mulai Rp 10 Ribu

36 hari lalu

CIMB Niaga Dorong Masyarakat Giat Investasi dengan Dana Mulai Rp 10 Ribu

CIMB Niaga mendorong masyarakat untuk giat berinvestasi, salah satunya dengan menempatkan dana dengan nominal paling terjangkau mulai dari Rp 10 ribu.

Baca Selengkapnya

BRI Tawarkan ORI025, Pilihan Aman Bagi Investor Lama dan Pemula

3 Februari 2024

BRI Tawarkan ORI025, Pilihan Aman Bagi Investor Lama dan Pemula

ORI025 menggunakan jenis kupon tetap atau fixed rate

Baca Selengkapnya

DBS Ungkap Peluang Investasi Kuartal I 2024, Obligasi Sangat Menjanjikan

24 Januari 2024

DBS Ungkap Peluang Investasi Kuartal I 2024, Obligasi Sangat Menjanjikan

DBS Group Research memproyeksikan investasi aset-aset yang berisiko lebih menjanjikan. Obligasi korporasi dengan peringkat A atau BBB yang terbaik.

Baca Selengkapnya

Tertinggi Setelah Vietnam, Pasar Saham RI Menguat 2,71 Persen pada Desember 2023

9 Januari 2024

Tertinggi Setelah Vietnam, Pasar Saham RI Menguat 2,71 Persen pada Desember 2023

OJK optimistis industri pasar modal Indonesia masih tumbuh luas untuk semakin memberikan kontribusi optimal bagi perekonomian nasional.

Baca Selengkapnya

Dana Pihak Ketiga Perbankan Rendah, Ekonom Sebut Milenial Lebih Suka Simpan Duit di Saham

29 Desember 2023

Dana Pihak Ketiga Perbankan Rendah, Ekonom Sebut Milenial Lebih Suka Simpan Duit di Saham

Ekonom senior Indef Aviliani mengatakan pertumbuhan dana pihak ketiga perbankan hanya 4 persen.

Baca Selengkapnya

Kreditur Obligasi Waskita Karya Belum Setuju Skema Restrukturisasi, Ini Kata Stafsus Erick Thohir

19 Desember 2023

Kreditur Obligasi Waskita Karya Belum Setuju Skema Restrukturisasi, Ini Kata Stafsus Erick Thohir

Stafsus Erick Thohir menanggapi kreditur obligasi Waskita Karya yang belum menyetujui skema restrukturisasi.

Baca Selengkapnya

Obligasi dan Sukuk untuk Pembiayaan IKN Nusantara

14 Desember 2023

Obligasi dan Sukuk untuk Pembiayaan IKN Nusantara

Ruang bagi Otorita IKN Nusantara menerbitkan obligasi dan sukuk sudah terbuka dengan adanya klausul dalam revisi UU IKN Nusantara.

Baca Selengkapnya

Obligasi Waskita Karya Terancam Masalah Keuangan, Asosiasi Asuransi Bicara Tata Kelola Investasi

30 November 2023

Obligasi Waskita Karya Terancam Masalah Keuangan, Asosiasi Asuransi Bicara Tata Kelola Investasi

Ketua Dewan Pengurus AAJI Budi Tampubolon menjelaskan bahwa pengurus AAJI selalu menyampaikan prinsip kehati-hatian dalam tata kelola investasi kepada anggotanya.

Baca Selengkapnya

Bos AAJI Buka Suara soal Obligasi Industri Asuransi di Waskita Karya yang Terancam Masalah Keuangan

30 November 2023

Bos AAJI Buka Suara soal Obligasi Industri Asuransi di Waskita Karya yang Terancam Masalah Keuangan

Waskita Karya mengalami masalah keuangan yakni gagal bayar bunga dan pelunasan obligasi perseroan.

Baca Selengkapnya

Ternyata Ini Alasan Saham Waskita Karya Terancam Delisting dari Bursa

28 November 2023

Ternyata Ini Alasan Saham Waskita Karya Terancam Delisting dari Bursa

PT Waskita Karya (Persero) Tbk. berpotensi bakal delisting saham dari BEI karena beberapa alasan. Apa saja penyebabnya?

Baca Selengkapnya